SEMARANG, iNewsSemarang.id - Peresmian Flyover Madukoro oleh Presiden Prabowo Subianto (Rabu, 11/12) menandai babak baru bagi Kota Semarang. Kemacetan di simpang Madukoro, yang selama ini menjadi momok bagi warga, akhirnya terurai berkat hadirnya jembatan layang ini.
Sinergitas dan gotong royong antarpihak, baik dari eksekutif dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah setempat, Legislatif (DPR RI), dan masyarakat Kota Semarang yang dilakukan dalam proyek nasional flyover ini sejak April 2023 telah membuahkan hasil.
Anggota Komisi V DPR RI yang membidangi infrastruktur dan perhubungan, Mochamad Herviano, mengapresiasi pembangunan proyek ini. Herviano, politisi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Jawa Tengah I yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga, mengatakan, "Saya sangat mengapresiasi Kementerian Pekerjaan Umum yang telah berhasil menyelesaikan pembangunan Flyover Madukoro," kata dia.
Lebih dari sekadar solusi kemacetan, Herviano menilai Flyover Madukoro memiliki dampak positif yang luas.
"Kemacetan dapat menghambat perekonomian, karena ada pemborosan bahan bakar dan waktu. Dengan hadirnya flyover ini, akses warga akan lebih hemat, dan dampak positifnya terasa langsung," katanya.
Ia juga menyinggung manfaat lingkungan, dimana pengurangan kemacetan berdampak pada berkurangnya polusi udara. "Selain itu, flyover ini bisa mengurangi stres dan masalah kesehatan yang dipicu kemacetan," tambahnya.
Herviano menambahkan, flyover ini juga berpotensi besar mendongkrak sektor pariwisata.
“Flyover Madukoro kini menjadi ikon baru Semarang, yang menarik bagi wisatawan. Ini berdampak positif bagi ekonomi kreatif dan pariwisata,” ujarnya.
Ia pun mendorong pemerintah untuk terus berinovasi dalam membangun infrastruktur yang mampu mengurangi kemacetan di daerah padat penduduk. “Manfaatnya tidak hanya langsung dirasakan, tapi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kita perlu lebih banyak terobosan infrastruktur seperti ini,” tegas Herviano.
Desain flyover Madukoro sendiri juga menarik perhatian. Ornamen Warak Ngendhog, simbol persatuan etnis di Kota Semarang, dan relief Pandawa Lima menjadi daya tarik tersendiri. Proyek senilai Rp 199 miliar ini menggunakan teknologi mortar busa yang dinilai efisien dan berkualitas tinggi. Dengan panjang total 1.500 meter, flyover ini menghubungkan Jalan Arteri Yos Sudarso dengan Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas.
Peresmian Flyover Madukoro menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan perencanaan yang matang mampu menghasilkan perubahan positif bagi masyarakat. Proyek ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pembangunan infrastruktur di daerah lain di Indonesia.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait