Potret Keceriaan Malaikat Kecil di Rumah Anak Surga

Ahmad Antoni
Suasana aktivitas anak-anak bersama pengasuhnya di Rumah Anak Surga Semarang, Kamis (6/3/2025). (foto-foto: Ahmad Antoni)

SEMARANG, iNewsSemarang.id – Ekspresi ceria, murah senyum dan penuh keakraban terekam pada raut wajah sejumlah balita dan pengusuhnya saat berinteraksi di Rumah Anak Surga (RAnS), Jalan Gangin RT 4 RW 4, Bangetayu Wetan, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Kamis (6/3/2025).

Ya, di Rumah Anak Surga ini anak-anak balita tampak begitu nyaman dalam pelayanan mulia para pengasuhnya. Diketahui, RAnS merupakan tempat tinggal gratis bagi anak-anak yang dititipkan orang tuanya dengan berbagai latar belakang permasalahan.

Rata-rata karena orang tuanya terbelit kasus ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kedua orang tuanya, kasus perceraian hingga kasus pelecehan seksual.

Kehadiran Rumah Anak Surga ini diharapkan bisa menjadi tempat tinggal yang lebih layak bagi bayi dan menjadi tempat untuk mendapatkan kasih sayang berupa perhatian.

Manager Rumah Anak Surga, Melisa Yulianti mengungkapkan, pendirian RAnS berawal ketika seorang ibu dengan membawa bayi datang ke Rumah Anak Surga dimana saat itu masih dalam proses perizinan pendirian yayasan.

Ibu tersebut mendatanginya untuk meminta pertolongan agar diberikan tempat perlindungan sementara untuk bayinya sampai mentalnya membaik dan permasalahan ekonomi mulai pulih.

“Dulu sebelum gedung ini berdiri, kita ngontrak di gedung kuaron, disana ada seorang ibu tiba-tiba menitipkan bayi. Latar belakangnya ibu ini pada awal mulanya ditinggal utang jutaan kepada suaminya, motornya juga, ibunya ngekos. Jadi anaknya dititipkan sementara kepada ketua Yayasan, karena merasa iba akhirnya diasuh,” ungkap Melisa.

“Nah bermula dari awal itu dan melihat kasus di Indonesia apalagi di Jawa Tengah, banyaknya kasus yang bayi dibuang, ditelantarkan, aborsi. Makanya kita antusias untuk mendirikan Rumah Anak Surga ini,” ujarnya.

Dia menjelaskan asal usul pemberian nama Rumah Anak Surga sebagai rumah yang nyaman bagi anak-anak yang tidak berdosa. “Dinamakan rumah anak surga karena mereka itu tidak bisa memilih dari rahim siapa mereka dilahirkan dan mereka adalah anak-anak yang tidak berdosa, maka kita namakan rumah anak surga,” kata Melisa.

“Dengan harapan mereka yang ada di sini kita didik, kita asuh, karena tekad kami juga mengasuh dan mendidiknya,” katanya. Harapannya, anak-anak yang dititipkan ini lebih terdidik dengan baik meskipun mereka berasal dari latar belakang yang mungkin dari masa lalu orang tuanya yang tidak baik, tapi mereka itu belum punya dosa.

“Harapannya untuk rumah anak surga ini kelak besok jadi penghuni surga, anak yang sholeh sholekah masa depannya suatu saat menjadi anak yang sukses,” ujarnya.

Di Rumah Anak Surga, ada 27 balita yang diasuh dan dirawat. Rinciannya, 19 balita sudah bisa berjalan dan 7 bayi dirawat dalam ruangan tersendiri. Sementara, terdapat 16 pengasuh dan 3 bidan, serta 35 orang tim masak hingga mencuci.

“Terkait kebutuhan sehari-hari seperti susu per harinya 5 boks jika ditotal membutuhkan 600 boks susu setiap bulannya. Sedangkan pampers 300 sebulan,” sebut Melisa.

Sementara untuk kegiatan sehari-hari, kata dia, mulai bangun tidur, anak-anak mandi kemudian pembelajaran yang meliputi menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris, asmaul husna bersama pengasuh. Ada doa-doa harian, lagu-lagu Islami dan bermain di playground

“Jam 7 sampai 8 pagi bermain di luar, setelah bermain mereka ada kegiatan makan, bermain pengasuh di dalam.  Jam 10 snack time berupa makan buah, kemudian pembelajaran dilanjut tidur siang,” ujar Melisa.

“Jam 1 siang mereka biasanya bangun. Setelah itu diajarkan motorik sama pengasuh, kemudian persiapan mandi sore, makan sore, setelah itu motorik/bermain sama pengasuh lalu didengarkan terkait morotal,” ujarnya.

Terkait usai balita yang ditampung di RAnS, Melisa mengatakan batal maksimal di usia lima tahun yang telah ditetapkan dalam perjanjian tertulis.

“Sebenarnya tidak ada batas usia diterima di sini, dari baru lahir pun kami terima. Tetapi kami maksimalkan dari maksimal 5 tahun, anak sudah harus diambil orang tuanya. Kenapa kita kasih perjanjian seperti itu? Karena rata-rata di sini dititipkan jadi agar kita tahun dan orang tuanya ada pertanggungjawaban,” jelas Melisa.

“Karena seburuk-buruknya ekonomi jangan sampai anak itu ditelantarkan. Jadi kita batasi usia 5 tahun. Misal 5 tahun tidak diambil kita tahu, kita bisa menghubungi orang tuanya kembali. Nah orang tua ada kepastian, anak ini maunya ke depannya gimana. Harapannya jika 5 tahun tak diambil, jalan satu-satu kita rawat sampai besar,” jelasnya.

Sementara itu, Rara Nerdiani (23), seorang pengasuh mengaku antusias bisa terlibat di Rumah Anak Surga. Dia mengaku banyak beljar cara mengasuh hingga merawat balita.
 
“Banyak belajar cara mengasuh bayi, karena saya belum menikah, belum merasakan punya anak tapi di sini bisa belajar jadi seorang ibu, bagaimana mengatur emosi, tutur kata buat anak-anak seperti apa,” ungkap Rara.

“Kalau ditanya dukanya, ya mungkin karena belum punya pengalaman tersendiri, jadi buat saya pribadi masih terkadang emosi masih tinggi buat ke anak-anak. Tapi di sini sambil belajar juga sih,” ungkapnya.
 

Editor : Ahmad Antoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network