4. Pabrik Sepatu Nike
Kemudian terdapat 2 pabrik sepatu yang sebelumnya pernah memasok sepatu untuk merek besar dan juga internasional seperti Nike. Kedua pabrik tersebut adalah PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh. Dikabarkan jumlah orang yang terkena PHK massal menyentuh 3.500 orang.
Lebih lanjutnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi menambahkan bahwa PHK yang dilakukan PT Adis Dimension Footwear mencapai 1.500 pekerja dan PT Victory Ching Luh yang sedang dalam proses PHK mencapai 2.000 pekerja.
Turunnya permintaan dari pemegang merek menjadi alasan utama mengapa pabrik yang pernah memasok sepatu untuk merek besar ini harus menutup produksinya.
5. PT Danbi Internasional
Gelombang PHK massal berikutnya datang dari PT Danbi Internasional yang berlokasi di Garut, Jawa Barat. Setelah dinyatakan pailit pada 10 Februari 2025, perusahaan yang memproduksi bulu mata palsu ini harus melakukan PHK kepada 2.079 pekerja.
PT Danbi Internasional yang berdiri sejak 1987 dan beroperasi mulai 1989 ini memproduksi bulu mata palsu untuk pasar ekspor. Namun akibat tidak bisa bertahan dan bersaing dengan produk dari China sehingga mengalami kesulitan dan harus mengalami proses pailit.
6. PT Mbangun Praja Industri (Bapintri)
Dampak gelombang PHK massal turut dialami juga oleh para karyawan PT Bapintri. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang tekstil yang berlokasi di Kota Cimahi, Jawa Barat.
PT Bapintri terpaksa menghentikan proses produksi hingga merumahkan ratusan pekerjanya imbas dari melemahnya industri tekstil lokal imbas banyaknya impor komoditas tekstil luar negeri dengan harga yang jauh dibawah produk buatan lokal. Sehingga pabrik ini mengalami kerugian dan terpaksa melakukan PHK terhadap 267 pekerjanya.
Nahasnya, perusahaan ini sampai harus menjual aset demi bisa berjalannya operasional. Tak hanya itu, Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jamsostek pada Dinas Tenaga Kerja Kota Cimahi, Febie perdana, mengatakan bahwa perusahaan tersebut tidak lagi beroperasi sebab mengalami kerugian finansial yang dialami berturut-turut sejak pandemi Covid-19.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait