“Rasa lebih lezat , empuk parah serta nggak ada amisnya sama sekali benar-benar cocok bagi orang yang tidak suka dengan aroma bebek yang seringkali masih terasa amis," ujar Rani.
Adapun Bebek Brongot menyajikan berbagai olahan mulai dari bebek goreng bacem, bebek goreng asin, opor bebek, ayam bacem, hingga rica-rica mentok. Saat hari biasa, Hasyim mengolah sekitar 5 ekor bebek per hari.
Namun saat Lebaran, angka ini bisa melonjak hingga 50 ekor. Menu paling laris saat momen tersebut adalah opor bebek. "Opor bebek menu paling laris saat lebaran," bebernya.
Hasyim menjual tiap seekor bebek utuh yang disulap menjadi aneka masakan spesial seharga Rp150 ribu. Sementara untuk ayam dijual rata-rata Rp100 ribu per ekor.
Di balik dapur kesederhanaan Bebek Brongot, tersimpan satu kunci efisiensi yang tak kalah penting yakni, pemanfaatan jaringan gas rumah tangga (jargas) dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Hasyim merupakan pelanggan jargas PGN sejak 2021, dan merasakan langsung manfaat penghematan dan kenyamanan.
“Sebelum pakai jargas, saya biasa habis Rp150–200 ribu per bulan untuk beli gas tabung. Sekarang, cukup sekitar Rp100 ribu saja, lebih hemat dan gak repot,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa jargas membuat kegiatan memasak jadi lebih aman dan efisien, terlebih untuk usaha kuliner seperti miliknya yang memerlukan pasokan gas stabil setiap hari.
Hasyim berharap PGN terus memperluas akses jaringan gas ke lebih banyak rumah tangga dan pelaku UMKM di wilayah Borobudur dan sekitarnya. “Sangat membantu, apalagi bagi usaha kecil seperti kami. Harapan saya, PGN tetap konsisten mendukung masyarakat dan pelaku usaha lokal,” ujarnya.
Dengan kombinasi kelezatan autentik dan dukungan energi yang efisien dari PGN, Bebek Brongot tak hanya jadi ikon kuliner tersembunyi, tetapi juga contoh sukses sinergi antara tradisi dan modernitas di tengah geliat pariwisata Borobudur.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait