Gus Miftah mengaku terenyuh dengan pengabdian Zuhdi yang mengajar dengan ikhlas meski penghasilan sangat minim.
Menurutnya, profesi guru ngaji merupakan pekerjaan mulia yang sering kali tidak mendapat penghargaan layak. Dalam kunjungannya, Gus Miftah bahkan sempat menitikkan air mata mengenang ayahnya yang juga seorang guru madin.
Kisah ini bukan sekadar tentang bantuan materi, tetapi juga tentang penghargaan terhadap dedikasi para guru ngaji yang menjadi tulang punggung pendidikan akhlak di masyarakat.
Gus Miftah menunjukkan bahwa empati dan solidaritas bisa menjadi jembatan penyelesaian konflik sosial.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait