Salah satu sesepuh keluarga besar Mangarai di Semarang, Paulus Pangka menambahkan, Keluarga besar Manggarai diaspora di Jawa Tengah ini menyadari sepenuhnya bahwa degradasi budaya bukan hanya untuk keluarga Manggarai tapi juga Indonesia.
“Maka kami dari keluarga besar Manggarai mengadakan kegiatan yang sifatnya untuk mengedukasi dan meliterasi masyarakat Indonesia melalui anak-anak kami yang ada di Kota Semarang, di perantauan agar mereka tidak melupakan budaya,” ujar Pauluas.
“Karena kita ketahui bahwa kalau budaya rusak maka rusaklah bangsa itu, rusak lah daerah itu. Oleh kesadaran itulah maka kami keluarga besar Manggarai di Kota Semarang bekerjasama dengan RRI semarang menyelenggarakan kegiatan festival budaya Manggarai Flores yang ada di Kota Semarang ini. Semua menyatu di sini dalam semangat yaitu budaya menyatukan bangsa,” ujarnya.
Menurut Paulus, tari caci menggambarkan semangat untuk saling sportivitas, saling memaafkan, keberanian dan semangat perjuangan hidup. “Kami sebagai perantau harus diberikan semangat mendorong untuk maju menjadi lebih baik, sejahtera dan makmur melalui filosofi itu sendiri,” katanya.
Dalam Festival Budaya Manggarai ini tidak hanya caci yang ditampilkan, tapi juga ada warisan-warisan adiluhung yang diwariskan oleh nenek moyang, salah satu diantaranya menyangkut kain tenun yang kita pakai ini termasuk topi warisan leluhur.
“Warisan budaya kostum/songket, semua diwariskan dan dilestarikan. Kami sebagai tokoh keluarga besar Manggarai merawat itu semua supaya jangan dilupakan,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait
