Tidak hanya itu, Wali Kota menambahkan, kirab budaya mampu menjadi daya tarik wisata yang memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.
"Rencana awalnya, kan, Agustus, tetapi diundur karena dinamika politik saat itu. Ternyata penyelenggaraannya malah lebih bagus. Penontonnya banyak, UMKM-nya hidup, ekonomi berputar," tandasnya.
Karnaval dan kirab budaya pawai gunungan ini menjadi puncak rangkaian gelar budaya yang diselenggarakan di Kecamatan Mijen. Sebelumnya (Sabtu, 25/10) dilaksanakan acara kesenian Kuda Lumping Turonggo Cipto Budoyo dan Wayang on the Street. Malam nanti, acara ditutup dengan dengan pagelaran wayang kulit sebagai bentuk konkret Kota Semarang yang terus melaju modern, tetapi tetap berakar pada budaya.
"Matur nuwun kepada Kecamatan Mijen beserta seluruh masyarakat yang telah mengemas peringatan Sumpah Pemuda ini dengan begitu semarak, penuh kreativitas, dan berjiwa lokal. Hari ini sudah hebat, semoga tahun depan tambah hebat lagi," tutupnya.
Editor : Arni Sulistiyowati
Artikel Terkait
