Penulis : Hj. Nadhifah, M.S.I*
SEMARANG. iNewsSemarang.id - Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan ampunan, bulan yang penuh dengan rahmat, berlimpah pahala. Bulan yang di dalamnya banyak keutamaan, amalan-amalan sholih dilipatgandakan pahalanya, pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka dikunci dan syetan dibelenggu. Di bulan suci Ramadhan ini ada saat yang ditunggu oleh insan sedunia yaitu malam lailatul qadar.
Secara etimologis lailatul qadar terdiri dari dua kata yaitu lail dan qadar. Lail atau lailah yang berarti malam, sedangkan qadar artinya ukuran atau penetapan. Secara terminologis lailatul qadar adalah malam yang agung atau malam yang mulia.
Ada yang mengatakan lailatul qadar adalah malam penetapan bagi perjalanan hidup manusia. Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa lailatul qadar merupakan malam yang mulia lebih baik dari 1000 bulan. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al- Qadr :
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al-Qur’an ) pada malam lailatul qadar.Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu juga adalah malam yang penuh dengan keberkahan ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.” ( QS. Ad-Dukhan : 3)
Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ( QS. 2 :185) :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Artinya : Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan ( permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang haq dan yang batil)
Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan kata al-Qadr, yaitu :
1. Al-Qadr artinya kemuliaan, sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-An‘am: 91
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖٓ
Artinya: ―mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya.. (QS. Al-An‘am [6]:91)
2. Al-Qadr artinya sempit, sebagaimana firman Allah SWT
وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ
Artinya: “Dan orang yang terbatas rezekinya” (QS. At Thalaq [65]: 7) Makna sempit, artinya dirahasiakannya malam Lailatul Qadr sehingga terasa sempit bagi pengetahuan manusia atau sempit karena banyak malaikat yang turun ke bumi.
3. Al-Qadr artinya ketentuan, karena pada malam itu Allah SWT. membuat beberapa ketentuan selama satu tahun.
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an, kata Qadar paling tidak digunakan untuk tiga arti, yaitu Penetapan dan pengaturan, kemuliaan, dan sempit
1. Penetapan dan pengaturan
Sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.
2. Kemuliaan
Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya. Dia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an.
3. Sempit
Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Qadr ( Pada malam itu turun malaikat -malaikat dan Ruh ( Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan).
Malam lailatul qadar merupakan malam yang sangat mulia dimana ampunan, pahala dan Ridlo Allah SWT akan diturunkan kepada hambanya yang terpilih. Dalam hadits disampaikan bahwa : “ Barang siapa yang beribadah pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” ( HR. Imam Bukhori ).
Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan ada lima hal yang bisa dijadikan patokan untuk mengetahui keberadaan lailatul qadar yaitu : Jika hari pertama ramadlan jatuh pada malam Ahad atau Rabu, maka lailatul qadar jatuh pada malam 29 Ramadlan. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin, maka lailatul qadar jatuh pada malam 21 Ramadlan.
Jika malam pertama ramadlan jatuh pada malam kamis, maka lailatul qadar jatuh pada malam 25 ramadlan. Jika malam ramadlan jatuh pada malam sabtu, maka lailatul qadar jatuh pada malam 23 ramadlan.
Jika malam pertama ramadhan jatuh pada malam selasa atau jumat, maka lailatul qadar jatuh pada malam 27 ramadlan. Adapun menurut golongan imam Syafi’i lailatul qadar lebih dekat jatuh pada tanggal 21 dan tanggal 23. Sebagian ulama’ berpendapat juga lailatul qadar jatuh pada pada tanggal 27.
Apa yang sebaiknya di lakukan agar memperoleh lailatul qadar ? apakah bila lailatul qadar hadir ia akan menemui setiap orang yang terjaga ( tidak tidur) pada malam kehadirannya itu? Banyak orang yang beranggapan demikian.
Akan tetapi menurut Prof Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Qur’annya, beliau mengatakan itu adalah pendapat yang keliru, karena hal itu dapat berarti bahwa yang memperoleh keistimewaan adalah orang yang terjaga baik yang menyambutnya maupun tidak.
Menurut beliau kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh lailatul qadar tidak mungkin akan diraih oleh orang-orang tertentu saja. Ibaratnya tamu agung yang berkunjung disuatu tempat tidak akan datang menemui setiap orang yang di lokasi itu. Walaupun setiap orang disana mendambakannya. Bukankah ada orang yang sangat rindu atas kedatangan kekasih, namun ternyata sang kekasih tak sudi mampir menemuinya?
Demikian juga dengan lailatul qadar. Itu sebabnya bulan Ramadhan menjadi bulan kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan penyucian jiwa, dan juga Rasululloh menduga ia datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadlan.
Karena ketika itu jiwa manusia setelah puasa dua puluh hari diharapkan telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan untuk menemuinya, dan itu pula sebabnya Rasulullah SAW. Menganjurkan sekaligus mempraktikkan I’tikaf ( berdiam diri dan merenung di masjid ) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan lailatul qadar datang menemui seseorang, ketika itu, malam kehadirannya menjadi saat qadar dalam arti, saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang. Yaitu saat titik tolak untuk meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Tanda-tanda lailatul qadar
Ada beberapa hadits menyebutkan tentang tanda-tanda lailatul qadar antara lain yaitu :
Abi Ibnu Ka‘ab telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda mengenai Lailatul qadr: : “Sesungguhnya matahari yang keluar pada hari itu tidak begitu bercahaya” (HR. Muslim).
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata : Rasululloh SAW bersabda : “ lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
Telah meriwayatkan dari Nabi SAW. bahwa beliau bersabda : “Sesungguhnya tanda-tanda lailatul qadr adalah malamnya bersih suci seolah-olah padanya bulan bersinar, tenang, sunyi, tidak sejuk padanya dan tidak panas, tiada ruang bagi bintang untuk timbul sampai subuh. Dan sesungguhnya tanda-tanda terbitnya matahari pada paginya sama, tiada baginya cahaya seperti bulan purnama, tidak membenarkan untuk setan keluar bersamanya pada malam itu.” (HR. Imam Ahmad)
Selain tanda-tanda tersebut, para ulama juga menyebutkan beberapa tanda-tanda lain bila berlaku malam lailatul qadar, antara lain yaitu:
1. Ada yang mengatakan bahwa orang yang menemui malam lailatul qadr akan melihat nur yang terang benderang disegenap tempat hingga keseluruh sudut yang gelap gulita.
2. Ada pula yang mengatakan bahwa terdengar ucapan salam dan kata-kata dari malaikat.
3. Ada juga yang melihat segala benda termasuk pohon-pohon bersujud
4. Ada yang mengatakan permohonan doanya makbul.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meraih lailatul qadar :
- Menurut satu riwayat bahwa lailatul qadr jatuh pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Aisyah dari sabda Rasulullah SAW.: Artinya: “carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Baihaqi).
Pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan perbanyaklah beribadah dan berdzikir kepada Allah SWT. Mengurangi tidur dan melaksanakan sholat tahajud. Didalam hadits Abu Dzar bahwa Nabi SAW melaksanakan sholat malam bersama mereka ( kaum muslimin ) pada malam 23 dan 25.
Disebutkan bahwa beliau SAW mengajak keluarga dan istri-istrinya pada malam 27 secara khusus. Hal ini menunjukkan kesungguhan beliau membangunkan mereka di hari-hari ganjil yang diharapkan terjadi di dalamnya lailatul qadar.
Pada malam sepuluh terakhir sebaiknya mengajak , membangunkan dan membantu keluarga untuk beramal shalih.
- Nabi memerintahkan ummul mukminin Aisyah untuk berdoa di malam-malam itu. Aisyah berkata : Wahai Rasulullah apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam lailatul qadar? Apa yang harus aku ucapkan ? Beliau menjawab : Ucapkanlah Allahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anna ( Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha pemaaf mencintai kemaafan maka maafkanlah daku) ( HR. Ibnu Majah).
Memperbanyak doa tersebut di malam -malam bulan Ramadlan
- I’tikaf, Walaupun I’tikaf dapat dilakukan kapan saja, dan dalam waktu berapa lama saja- bahkan dalam pandangan Imam Syafi’I, walau sesaat selama dibarengi oleh niat yang suci. Namun Nabi SAW selalu melakukannya pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan Ramadlan. Disanalah beliau bertadarrus dan merenung sambil berdoa. Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah :
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Wahai Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka ( QS. Al-Baqarah {2}: 201.
Doa ini bukan sekedar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, tetapi lebih bertujuan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia, tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.
- Memperbanyak membaca ayat suci Al-Qur’an.
Nabi bersabda : “puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa mengatakan Ya Tuhanku, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat, maka berilah syafa’at untuknya.” Dia berkata : “keduanya ( puasa dan Al-Qur’an) akan memberi syafa’at ( Riwayat Ahmad ).
Imam Syafi’I dalam bulan Ramadhan khatam 60 kali, diluar bacaan shalat. Imam Malik apabila memasuki bulan Ramadhan meninggalkan membaca hadits dan majelis ahli ilmu dan fokus membaca Al-Qur’an.
- Menyiapkan diri bersuci lahir batin.
Bersiap membersihkan dan mensucikan diri baik secara fisik dari kotoran dan najis serta membersihkan diri secara batin seperti ghibah, tajassus,iri dengki, hasud, sombong dan lain sebagainya.
Mari kita memaksimalkan ibadah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan ini. Baik ibadah individual maupun ibadah sosial. Kita siapkan diri untuk menjemput dan menyambut lailatul qadar. Semoga malam mulia itu berkenan singgah menemui kita. Kita termasuk hamba Allah yang dipantaskan untuk mendapatkan lailatul qadar. Amin.
*Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang / Ketua Fatayat NU Semarang Tengah/ pengurus PCFNU Kota Semarang/pengurus MTP IPHI Jateng.
Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait