get app
inews
Aa Read Next : Menag Yakut Sebut Tren Nikah di KUA Ubah Citra Lembaga Jadi Semakin Baik

Waspada! Baju Bekas Impor Bisa Sebabkan Tipes

Selasa, 16 Agustus 2022 | 14:28 WIB
header img
Pakaian impor bekas yang banyak di jual di outlet maupun tepi jalan raya. Foto : Okezone

Jamur yang muncul di pakaian kebanyakan punya ciri-ciri seperti berwarna putih atau terkadang hitam kehijauan. Jamur tersebut ada di permukaan pakaian dan sejatinya  bisa terlihat oleh kasat mata.

selain itu, ada arom khas juga dari jamur ini saat tumbuh di pakaian. Bau  yang muncul adalah bau apek, sekaligus bau tanah. Selain itu, pada beberapa jamur, saat Anda menyentuh pakaian, ada sensasi berlendir yang  terasa di telapak tangan.

“Jamur kapang ada di pakaian bekas salah satunya karena udara yang lembap dan kurangnya ventilasi udara. Jamur ini bisa beracun dan tentu berbahaya bagi kesehatan,” tulis laman Bust Mold, dikutip MNC Portal, Senin (15/8/2022).

Lalu seberapa bahaya?,

Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, itu sangat tergantung dari seberapa banyak jamur yang terpapar. Kalau dalam jumlah banyak, masalah bukan hanya ada di kulit tapi juga sistem pernapasan.

Jamur yang terhirup bisa menyebabkan masalah seperti batuk, bersin-bersin, mengi, hingga sebabkan demam. Pada anak-anak atau lansia, dengan kondisi tubuh rentan, masalah serius sangat mungkin terjadi.

“Kalau Anda super sensitif, jamur di pakaian bisa menyebabkan altergi hingga ruam kulit. Bahkan Anda mengalami kelelahan, sakit kepala, dan pusing,” tulis laman Bst Mold lagi.  .

Peneliti di Iran bahkan pernah melakukan studi soal pakaian bekas ini dan benar bahwa jamur yang ada di pakaian seken berbahaya bagi kesehatan.

Studi dilakukan pada 800 pakaian bekas, 400-nya adalah pakaian bebas yang dicuci, sisanya tidak dicuci. Pakaian bekas ini dikumpulkan dari 2018-2019 di Teheran, Iran.

Deteksi jamur dan parasit dilakukan dengan teknik pita transparan menggunakan pita transparan persegi panjang berukuran 2x6 cm. Sisi perekat ditempatkan di pakaian, lalu ditarik, dan dipisahkan. Pita perekat tersebut dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Pengerjaan di laboratorium dikerjakan dengan pertama-tama  menggunakan perekat setets laktofenol untuk memisahkan parasit dengan perekatnya. 

Kemudian, cairan yang terkumpul diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 4 dan 10 X. Analisis statistik menggunakan SPSS 14. Uji Chi-square diterapkan untuk menentukan signifikansi asosiasi untuk prevalensi parasit.

“Dari 800 pakaian bekas tersebut, didapati 22 pakaian positif terkontaminasi parasit dan ektoparasit. Lebih lanjut, spesifik pada pakaian yang tidak dicuci didapati 10 baju mengandung Enterobius egg, 6 baju mengandung Pediculus spp egg, dan 6 baju lainnya mengandung Sarcoptes scabiei. Tidak ada parasit pada pakaian yang dicuci,” tulis laporan studi tersebut.

Apa bahaya dari parasit-parasit tersebut?

Kalau Pediculus spp, parasit ini bisa menyebabkan demam hingga tipes. Lalu, kalau Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal dan lecet yang hebat, dan untuk Enterobius egg adalah masalah di kulit yang berarti.

“Kesimpulannya, kasus ditemukannya parasit berbahaya di baju bekas tidak dicuci cukup tinggi. Pakaian bekas secara umum dapat menularkan penyakit kulit dan rambut, khususnya pedikulosis dan kudis. Selain itu, penting untuk mencuci bersih pakaian bekas ini, disetrika, lalu didesinfeksi untuk mengurangi kemungkinan penularan patogen ke manusia," tulis studi tersebut.(mg arif)

Editor : Maulana Salman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut