Kemudian lafadz puasa juga ditemukan di surat an-Nisa ayat 92:
وَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ.
“Jika dia (terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, (hendaklah pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya serta memerdekakan hamba sahaya mukmin. Siapa yang tidak mendapatkan (hamba sahaya) hendaklah berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai (ketetapan) cara bertobat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Ayat ini tidak menceritakan puasa Ramadan dan juga tidak pula menceritakan terkait masalah-masalah yang berkaitan dengan ibadah haji. Tetapi kata shiyam di ayat ini menjelaskan terkait tindak pidana pembunuhan dalam islam. Ketika diyat yang diterimanya tidak mampu dilaksanakannya, maka puasa menjadi alternative penggantinya. Yaitu puasa 2 bulan berturut-turut tidak boleh putus, sebagai bentuk taubatnya kepada Allah SWT.
Lafadz puasa juga ditemukan di surat al-Maidah ayat 89 dan 95. Pada Ayat 89 menceritakan tentang Kaffarat bagi orang yang bersumpah atas nama Allah, tapi ia ingkar kepada sumpahnya, maka ia dikenakan kaffarat. Lantas kafaratnya apa?, dijelaskan di dalam ayat :
فَكَفَّارَتُه اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ ۗفَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ
“Maka, kafaratnya (denda akibat melanggar sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang (biasa) kamu berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Siapa yang tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasa tiga hari”.
Sedangkan pada surat al-Maidah ayat 95, kembali bercerita mengenai ibadah haji. Yaitu orang yang sedang menggunakan pakaian ihram & sudah berniat, maka dia tidak boleh berburu/membunuh binatang. Jika seseorang tersebut kemudian membunuh hewan buruan maka dendanya ialah mengganti hewan yang sepadan dengan yang dibunuh, jika tidak mampu maka memberi makan orang miskin, dan jika tidak mampu lagi maka berpuasa.
اَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسٰكِيْنَ اَوْ عَدْلُ ذٰلِكَ صِيَامًا لِّيَذُوْقَ وَبَالَ اَمْرِه
“atau (membayar) kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa, seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu”.
Editor : Miftahul Arief