“Tantangan yang dihadapi kota lama Semarang sebenarnya sama atau mirip dengan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kota-kota tua yang ada di Eropa seperti di Polandia, Italia, Kroasia dan Slovenia yaitu keterbatasan dana perawatan maupun perencanaan,” ucap Mbak Ita.
“Collaborative governance ini ada banyak bahan pendukungnya. Salah satunya kerja sama membangun komunitas dan kelembagaan. Kalau kita melihat di Kota Lama Semarang ini ada namanya BPK2L tetapi sepertinya belum optimal mengkolaborasi antara pemerintah dengan komunitas-komunitas yang ada,” imbuh Mbak Ita.
Ia pun berharap, ke depannya kolaborasi dalam pengelolaan Kota Lama dapat ditingkatkan sehingga menjadi cagar budaya yang terawat sekaligus destinasi wisata yang indah, aman, serta nyaman bagi pengunjung maupun bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Karena itu pihaknya tengah menggali faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kolaborasi dalam pengelolaan Kota Lama.
“Hasil konstruksi atau analisa faktor-faktor yang kami lakukan menunjukkan bahwa dalam dimensi proses (pengelolaan) perlu mengoptimalkan kerja sama, konsistensi, negosiasi, kompromi, koordinasi, pengawasan kebijakan. Dan dalam dimensi kelembagaan perlu melibatkan pemerintah, pihak swasta dan juga akademisi maupun media di dalam pengelolaan Kota Lama,” tandas Mbak Ita.
Editor : Maulana Salman