get app
inews
Aa Read Next : Masyarakat Lokal Jadi Prioritas Pembangunan IKN, Warga Dayak Bisa Duduki Jabatan Strategis

Mengenal Pasukan Dayak Merah, Kebal Sajam dan Bisa Komunikasi dengan Arwah Leluhurnya

Rabu, 26 Januari 2022 | 10:04 WIB
header img
Pasukan Dayak Merah Kalimantan, beranggotan ribuan orang, adalah pasukan elit Dayak yang memiliki kemampuan magis seperti kebal senjata tajam dan bisa berkomunikasi dengan arwah leluhurnya. Mereka meminta Edy Mulyadi tetap dkenakan sanksi adat. Foto: IST

iNews.id – Benar, Edy Mulyadi telah meminta maaf atas pernyataannya yang diduga menyinggung masyarakat Kalimantan. Tapi, urusan ternyata tidak otomatis selesai. Pernyataan mantan Caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu telah menghina para leluhur Borneo, karenanya hukum adat tetap berlaku.

Sebagai informasi, Edy Mulyadi sebelumnya melontarkan pernyataan menanggapi pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur. Pihaknya tidak sepakat dan menyebut Kalimantan sebagai Tempat Jin Buang Anak. Pernyataan yang terekam dalam video itu kemudian viral dan keberatan terhadap pernyataan itu pun berdatangan. Hingga Edy kemudian menyampaikan permintaan maaf.

Ternyata permintaan maaf Edy Mulyadi tidak serta merta menggugurkan ucapan yang sudah terlanjut terucap, yang oleh banyak pihak dinilai rasis, karena menyangkut hukum adat dayak Kalimantan.

"Kami meminta pihak Kapolda Kalimantan Timur dan Kapolri menindak tegas tindakan tersebut, karena hal itu bersifat rasis dan menyinggung hati kami," ujar salah satu Pasukan Dayak Merah, dalam rekaman video yang beredar awal pekan ini.

Borneo Bangkule Rajakng (TBBR), pasukan elite dari suku Dayak yang tersebar di Kalimantan dan jamak disebut pasukan merah, meminta Edy Mulyadi datang untuk meminta maaf secara langsung kepada masyarakat adat Dayak Kalimantan. Tak hanya itu, hukum adat tetap berlaku, pelaku tetap akan dikenakan sanksi hukum adat Dayak.

“Kami harap Edy Mulyadi hadir di Tanah Borneo meminta maaf dan untuk dijatuhi hukuman adat,” sambung anggota Pasukan Merah.

Siapa sebenarnya Pasukan Merah itu?

Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau yang disebut Pasukan Merah memiliki keanggotaan sedikitnya 15.000 orang. Keaanggotaan ini tersebar di berbagai wilayah di Kalimantan, yang terbagi ke dalam 5 provinsi.

Jumlah anggota yang disebut itu adalah pasukan elit, pilihan, yang tidak sembarang orang bisa menjadi anggota. Ada sejumlah persyaratan dan peraturan yang harus dipenuhi. Seperti ketentuan umur, kesiapan, dan kesanggupan melaksanakan peraturan organisasi serta pantangannya. Diantara pantangannya tidak mengkonsumsi sejumlah daging hewan, seperti menjangan, sapi, kerbau, ular, dan anjing.

Dihimpun dari beberapa sumber, pasukan merah ini memiliki kelebihan magis, seperti kebal dari senjata tajam. Dan satu lagi, mereka juga bisa berkomunikasi dengan para leluhurnya, yang secara fisik sudah meninggal, tapi dipercaya arwahnya masih hidup namun tak terlihat oleh mata awam.

Pasukan Merah Dayak ini memiliki struktur kepengurusan dari pimpinan pusat hingga ke tingkat kecamatan. Sebagai organisasi, seluruh anggotanya tunduk pada aturan organisasi, yang diantaranya setia kepada Pancasila dan NKRI, menolak pelecehan Suku Ras dan Agama (SARA) dan menolak paham radikalisme.

Lalu, siapa pemimpin dari pasukan merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) itu?

Dia berjuluk Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah, yang sangat disegani di Tanah Kalimantan. Panglima Jilah berasal dari Toho Kabupaten mempawah Tepatnya di Desa Sambora, Kalimantan Barat, Indonesia.

Lahir dengan nama Agustinus Jilah, pada 19 Agustus 1980, Panglima Jilah menjadi simbol perjuangan masyarakat adat di bumi Borneo dalam mencari keadilan di tanah leluhurnya. Kharismanya mampu menyatukan suku Dayak dari lintas wilayah di Kalimantan.

Editor : Sulhanudin Attar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut