get app
inews
Aa Text
Read Next : Daftar 8 Tempat Sarapan Pagi di Semarang, Menunya Enak dan Bikin Kegihan

Imlek Cermin Keberagaman Warga Semarang, Hendi: Tak Ada Istilah Mayoritas-Minoritas

Selasa, 01 Februari 2022 | 17:23 WIB
header img
Ilustrasi kegiatan sembahyang di Klenteng Tae Kak Sie, di Gang Lombok, Kelurahan Purwadinatan, Kawasan Pecinan Semarang. Pada perayaan Imlek tahun ini digelar ritual ketuk pintu dengan doa bersama dalam dua agama: Islam dan Konghucu. Foto: Dok. Sindonews

SEMARANG, iNews.id – Hari Raya Imlek 2573 tahun ini dirayakan secara sederhana di Kota Semarang. Tidak ada kemeriahan Pasar Imlek Sewamis dengan festival kuliner khas Tionghoa. Juga tidak ada gelaran malam kesenian sebagaimana perayaan tahun baru China tahun-tahun sebelumnya.

Meski tanpa kemeriahan, perayaan Imlek tahun ini meninggalkan kesan mendalam bagi Hendrar Prihadi, Wali Kota Semarang. Mas Hendi, dia biasa dipanggil warganya, mengaku berkesan dengan semangat kebersamaan warga Kota Semarang merayakan tahun baru Imlek 2573 Kongzili yang jatuh pada hari ini, Selasa (1/2/2022).

Bagi Hendi, perayaan Imlek di kota Semarang yang digelar secara sederhana pada tahun ini memiliki dua arti.

Pertama, lampion dengan tanda sinarnya yang menerangi melambangkan optimisme warga Kota Semarang untuk meraih kesuksesan di tahun baru 2573.

“Kalau buat saya tambah satu, kotanya jadi keren dan wilayah Pecinan jadi tambah apik,” imbuhnya, optimistis.

Kedua, kepedulian dan kebersamaan warga Kota Semarang yang berbeda-beda etnis, budaya dan agama dalam merayakan tahu baru warga Tionghoa ini menegaskan posisi Semarang sebagai miniatur Indonesia. Menurutnya, warga dengan beragam latarbelakang itu memiliki pemikiran yang sama sebagai satu keluarga besar warga negara Indonesia yang ada di Kota Semarang.

“Saya tegaskan, di sini tidak ada istilah mayoritas dan minoritas. Semua warga punya hak yang sama, termasuk merayakan hari besarnya, dan satu sama lain saling menghargai. Bahkan bisa saling nyengkuyung bareng, seperti pada momen Imlek ini,” tegas Hendi.


Mas Hendi, sapaan akrab Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya perayaan imlek tahun 2022 di kawasan Pecinan Semarang, yang digelar secara sederhana dan penuh keakraban. Foto: Istimewa

 

Berkat kebersamaan itulah, kata Hendi, Kota Semarang bisa terus berbenah dan bisa menjadi seperti sekarang. Tanpa semangat gotong royong, dalam istilah Hendi semua ikut nyengkuyung bareng, Hendi pesimis Semarang bisa menjadi seperti sekarang.

“Situasinya memang memerlukan konsep gotong royong, bergerak bersama. Mari kemudian kita saling mengisi. Kita harus bisa menjaga keseimbangan, kombinasi harus kita mainkan dengan baik,” pungkas Hendi.

Dirinya juga berharap di tahun baru Imlek 2573 ini, kasus Covid-19 terutama dengan varian barunya Omicron bisa terkendali. Sehingga, dengan masyarakat yang semakin sehat, ekonomi dapat tumbuh lebih baik dan masyarakat bisa hidup lebih sejahtera.

Kepedulian Warga Tionghoa

Sebagai informasi, perayaan Imlek di kota yang memiliki slogan Semarang Setara pada tahun ini ditandai dengan pemasangan lampion. Sebanyak 1500 lampion dipasang di sepanjang jalan Gang Warung, Gang Pinggir, Wotgandul, Beteng, dan area Klenteng Besar Tay Kak Sie.

Selain memasang lampion, pergantian tahun baru China di Kota Semarang ditandai dengan penggantian Patung Shio di tugu pertigaan muara gang Gambiran kawasan Pecinan Semarang.


Menyambut Imlek tahun 2022, komunitas warga Tionghoa di Semarang menggelar sejumlah kegiatan sosial, salah satunya menggelar donor darah yang diadakan di mall pada bulan Januari 2022. Foto: Istimewa

 

Alih-alih menggelar perayaan tahun baru dengan pesta yang mewah, komunitas warga Tionghoa di Kota Semarang merayakannya dengan menggelar bhakti sosial. Seperti menggelar donor darah dan membagi-bagikan kue keranjang sebagai jajanan khas warga Pecinan.

"Kami warga Tionghoa merayakannya secara sederhana. Tidak perlu mewah-mewah. Jangan pamer dan foya-foya," ucap Ketua Perserikatan Organisasi Indonesia Tionghoa (Porinti) Semarang, Setiawan Santoso, saat peresmian lampion mendandai pembukaan perayaan Imlek oleh Wali Kota Semarang, Minggu (30/1/2022).

Imlek Simbol Kerukunan Islam-Konghucu

Cerita lain soal perayaan Imlek di Kota Semarang disampaikan Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis Semarang), Harjanto Halim. Pihaknya mendukung himbauan Pemerintah Kota Semarang yang meminta perayaan Imlek digelar secara sederhana dan tidak mengundang keramaian.

Sebagai konsekuensinya, Pasar Sewamis yang biasanya digelar saat perayaan Imlek pun ditiadakan. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan laju penyebaran kasus Covid-19 dengan varian barunya Omicron yang sudah merambah Kota Semarang.


Walikota Semarang Hendrar Prihadi menumpang becak mengikuti kirab menyambut Tahun Baru Imlek 2573 di kawasan Pecinan Semarang. Hendi menyapa warga sambil membagikan kue keranjang dan jajanan khas Pecinan. Foto: Istimewa


“Karena pandemi, supaya ada penanda bahwa meskipun tak ada Pasar Imlek, tetapi perayaan Imlek serta semangatnya tetap terjaga," ungkap Halim.

Dikatakan, sebagai pengganti Pasar Semawis, pihaknya menggelar ritual ketuk pintu di Kelenteng Tak Kak Sie, Pecinan Semarang, pada Minggu (23/1/ 2022). Ritual ketuk pintu ini dimulai dengan doa bersama di pelataran kelenteng. Di sana digelar selamatan, ada sajian ayam ingkung, serta potong tumpeng khas tradisi Jawa.

"Meskipun acaranya di kelenteng, tetapi yang memimpin doa adalah tokoh agama Islam. Setelah berdoa secara Islam dilanjutkan berdoa secara Konghucu," kata Harjanto.

Setelah berdoa, acara diakhiri dengan pementasan barongsai di Tay Kak Sie serta keliling kelenteng lain di Pecinan untuk meminta restu kelancaran serangkaian perayaan Imlek 2573

Editor : Sulhanudin Attar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut