get app
inews
Aa Read Next : UKT Mahal, JPPI Dorong Kemendikbudristek Evaluasi Total Kebijakan Kampus Merdeka

Kisah Melly Puspita, Anak Penjual Bubur Kuliah ITB 3,5 Tahun Lulus Berpredikat Cumlaude

Jum'at, 15 Maret 2024 | 15:55 WIB
header img
Melly Puspita, Anak Tukang Bubur Ayam kuliah di ITB Lulus Cumlaude (Foto: Puslapdik)

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Kisah Melly Puspita, anak penjual bubur kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) lulus dengan predikat cumlaude ini bisa menjadi inspirasi.

Melly Puspita merupakan mahasiswi Program Studi Teknik Metalurgi ITB. Mulai mengenyam bangku kuliah di ITB Tahun 2020 dengan KIP Kuliah, Melly menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun.

Pada Februari 2024, anak bungsu dari dua bersaudara ini menjalani sidang skripsinya yang berjudul “Optimization of Methylammonium Lead Iodide (MAPbI3) Based Perovskite Solar Cell by Using Tin Oxide As Electron Transport Layer” atau Optimisasi sel surya perovskit jenis MAPbI3 dengan menggunakan Timah Oksida Sebagai Electron Transport Layer.

Hasilnya luar biasa. Skripsi Melly memperoleh nilai A. Lulus hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK 3,6, Melly pun berhak lulus dengan menyandang predikat Cumlaude.

Dosen pembimbingnya Imam Santoso membagikan momen di mana di ruang sidang skripsi, Melly terisak menahan tangis saat diumumkan lulus dengan nilai A serta memperoleh predikat Cumlaude.

“Melly sesenggukan tidak bisa berbicara menunggu salah satu moment terpenting dalam hidupnya," tulis Imam Santoso melalui reels IG-nya dilansir dari laman Puslapdik Kemdikbud, Jakarta, Jumat (15/3/2024).

Melly mengaku merasa terharu karena pada akhirnya dapat memenuhi janjinya pada kedua orang tuanya untuk membawa gelar sarjana dari ITB, terutama janji kepada ibunya yang telah tiada.

“Saya sangat senang karena pada akhirnya menamatkan perjuangan kuliah dan tugas akhir saya dengan hasil yang cukup memuaskan," ujar Melly yang rencananya akan diwisuda pada April 2024.

Melly juga bersyukur bisa menjalani perkuliahan dan lulus lebih cepat karena memperoleh bantuan pendidikan dari pemerintah berupa KIP Kuliah. “KIP Kuliah sangat berkontribusi dalam perkuliahan saya," kata Melly.

Dia bercerita, mengetahui adanya KIP Kuliah bukan dari guru atau sekolah, tetapi kebetulan melalui Instagram story dan Melly mencoba mendaftar sehingga akhirnya dinyatakan layak memperoleh KIP Kuliah.

“Seandainya tidak ada bantuan KIP Kuliah, saya tidak tahu, mungkin akan sulit sekali untuk bisa berkuliah karena ekonomi keluarga sangat tidak mendukung, “ katanya.

Yang menarik, Melly satu-satunya di keluarganya yang kuliah. Ayahnya Melly, Tan Si Eng tidak tamat sekolah dasar dan pernah berprofesi sebagai penjual bubur ayam di lingkungan rumahnya di sekitar Jalan Pagarsih, Kota Bandung.

Namun, kondisi lock down akibat bencana Covid-19 tahun 2019-2021 membuat jualan bubur ayamnya terhenti. Covid-19 usai, ayahnya Melly tak melanjutkan jualan bubur ayamnya, namun kerja serabutan sebagai tukang cat rumah. Sementara ibunya Melly, Oey Erni yang hanya lulusan sekolah dasar dan sudah meninggal.

Melly sendiri anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya hanya tamatan SMA dan menurut Melly, kakaknya tidak tertarik untuk kuliah karena tidak suka belajar dan juga belum memperoleh pekerjaan.

Untuk kehidupan sehari-hari, Melly dan kakaknya membuat usaha catering kecil-kecilan. Sedangkan untuk menutupi kebutuhan sendiri, Melly menjadi guru les murid SD-SMA.

Lingkungan tempat tinggal Melly sendiri, walaupun berada di tengah Kota Bandung, merupakan masyarakat yang kurang menyadari pentingnya pendidikan. 

Mayoritas penduduk jalan Pagarsih merupakan pedagang informal dan pelaku usaha kecil. Sangat jarang ditemukan anak muda yang melanjutkan pendidikan hingga kuliah.

“Memang ada yang melanjutkan hingga jenjang perguruan tinggi, namun persentasenya sangat kecil. Mayoritas menikah setelah lulus SMP ataupun SMA," ujar Melly.

Beruntung, sejak sekolah dasar, Melly punya ketertarikan yang tinggi untuk sekolah dan karenanya sering memperoleh prestasi, baik akademik maupun non akademik. 

Selama di SD dan SMP, Melly selalu menduduki peringkat 3 besar di sekolahnya serta sering mengikuti lomba bercerita bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.

Memasuki masa SMA di SMAK BPK Penabur Bandung, Melly sempat mengikuti olimpiade sains matematika dan kimia tingkat kota Bandung.

“Saat kelas 3 SMA pernah memperoleh juara 3 lomba bahasa Mandarin di Universitas Maranatha dan lolos ke babak semifinal olimpiade kimia UNY, “kata Melly.

Melly juga bersyukur, kedua orangtuanya, walaupun berpendidikan rendah, sangat menyadari bahwa pendidikan sangat penting dan merupakan kunci utama keberhasilan.

“Sebenarnya mereka sangat ingin kedua anaknya bisa memperoleh gelar sarjana, namun kenyataan berkata lain, hanya saya yang mau dan bisa lulus kuliah, kakak saya mungkin memilih jalan hidup lain, “ ujarnya.

Menyadari bahwa hanya dirinya yang mau dan bisa berkuliah, dan juga sebagai anak bungsu, Melly tertantang untuk bisa mengangkat derajat keluarga dan menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi bukan hambatan untuk mencapai pendidikan yang tinggi.

“Orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk selalu berusaha untuk apa yang saya inginkan dan jangan pernah takut untuk bermimpi. Mereka selalu berpesan agar saya dapat mengejar pendidikan setinggi mungkin dan mereka selalu mendukung dan membantu saya apabila hal tersebut mengenai pendidikan, “kata Melly.

Diakui Melly, lingkungan tempat tinggalnya tidak mendukung cita-cita dan harapannya. Tak sedikit yang menilai, Mely membebani orangtuanya dengan keinginannya untuk berkuliah. 

“Apa yang mereka katakana itu justru menjadi cambuk bagi saya untuk membuktikan pada mereka bahwa anak seorang tukang bubur pun dapat berprestasi, “ujar Melly.

Usai kuliah, Melly punya harapan untuk lanjut S2, namun sebelumnya, Melly akan mencoba berkarir dulu di industri pengolahan logam atau pertambangan selama 2-3 tahun.

Imam Santoso, dosen pembimbingnya mengaku bangga punya anak didik seperti Melly. Dalam pandangan Imam, Melly itu semangatnya luar biasa, rajin, aktif di kelas dan terpenting, perangainya sangat bagus.

“Sebagai anak dari kaum minoritas, dan tidak mampu di mana ayahnya hanya pedagang bubur, dan Melly juga membantu ekonomi keluarga dengan jualan online, ia terlihat percaya diri dan tidak malu, dan kuliahnya sangat sungguh-sungguh,” katanya.

Editor : Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut