SEMARANG, iNewsSemarang.id – Banjir yang melanda Kota Semarang membuat warga tergerak menolong. Tak terkecuali penyandang disabilitas yang ikut terjun membantu warga terdampak dan para pengungsi.
Keterbatasan fisik tak menyurutkan semangat mereka untuk saling bantu yang kesusahan. Salah satunya Alip warga Jatingaleh Kota Semarang.
Alip penyandang disabilitas, untuk berjalan harus menggunakan alat bantu. Dia bergabung menjadi relawan di Posko Tagana Kaligawe Kota Semarang sejak Kamis (14/3/2024).
“Saya bagian logistik, permakanan. Masak kemudian dibungkus untuk dibagikan ke warga korban banjir, termasuk pengungsi. Kemarin ada 3000an nasi bungkus,” kata Alip, Jumat (15/3) malam.
Ribuan nasi bungkus itu, kata Alip, juga dibagikan ke warga untuk berbuka puasa dan makan sahur. Poskonya buka 24 jam dikoordinasi langsung Dinas Sosial Pemprov Jateng, bersebelahan dengan dapur umum Brimob Polda Jateng maupun TNI.
Sehari-hari Alip biasanya menggunakan sepeda motor roda 3 yang sudah dimodifikasi untuk beraktivitas. Sebab lokasi yang dijangkau masih terdampak banjir, Alip pada Kamis kemarin dijemput rekannya sesama relawan untuk ke posko dapur umum.
Di Posko Tagana, ada belasan relawan lain yang bergabung di sana. Ada juga 2 orang lainnya yang juga penyandang disabilitas. Alip mengatakan 2 temannya penyandang disabilitas itu bernama Bebe seorang perempuan, satu lagi laki-laki bernama Fitra. Keduanya warga Tembalang.
“Mereka tuna wicara, bisu tuli. Kalau poskonya (dapur umum) ada 2, satu di Semarang Utara, satu di Kaligawe, yang di Semarang Utara buka hanya kemarin, sekarang dipusatkan di Kaligawe,” sambung Alip yang sudah jadi relawan sejak sekira tahun 2017 itu.
Di posko Kaligawe, Alip bertugas di sana dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Setelah itu pulang istirahat untuk nantinya kembali ke posko untuk panggilan kemanusiaannya itu.
Dia mengaku bersemangat menjadi relawan kemanusiaan. Dapur umum itu, kata Alip, rencananya akan digelar 3 hari. Namun, akan melihat perkembangan situasi di lapangan apakah akan diperpanjang atau ditutup.
“Ya walaupun lelah, ngantuk banget, apalagi bulan puasa. Sahur dan buka seadanya sama seperti pengungsi dimakan bareng-bareng. Membantu sesama itu bahagia,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni