Usai melahirkan dipersalinan, Okta dan suaminya sempat bingung akan pulang kemana. Ia sempat memutuskan pulang ke rumah bersama bayinya. Sebab, banjir di rumahnya belum begitu tinggi.
Tetapi sehari setelah pulang ke rumah, ternyata air meninggi dengan cepat. Dengan kondisi panik, mereka dengan empat anaknya membawa barang seadanya, mengungsi di mushola dekat rumah, yang posisinya dianggap lebih aman.
Namun, karena mengungsi di mushola tersebut dianggap warga sekitar tidak repesentatif bagi ibu yang baru saja melahirkan, perangkat kampungnya kemudian menyarankan agar pindah ke pengungsian Wisma Halim.
Di wisma itu, ia bersama 216 warga yang lain. Sebab, kondisinya lebih aman dan fasilitasnya memadai. Seperti ketersediaan air bersih, makanan sehari -hari, dan tempat ibadah. Okta pun tak merasa kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya. Baju, popok, minyak telon, semua tersedia.
Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, Okta dan anaknya juga mendapat perhatian khusus dari petugas. Setiap hari kesehatan mereka berdua, dan asupan makanannya diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.
"Pelayanan di sini bagus, terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek," ungkapnya.
Sementara, Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana berkesempatan mengecek langsung kamp pengungsian yang ditempati Okta dan suaminya.
Nana mengatakan, warga yang terkena musibah banjir diungsikan di Demak dan Kabupaten Kudus. Di Demak, terdapat sekitar 24.600 pengungsi. Sementara di Kudus sebanyak 5.800 pengungsi.
“Hasil tinjauan kami, selama lima sampai enam hari mereka mengungsi, mereka masih dalam keadaan sehat. Kebutuhan-kebutuhan logistik, sandang, maupun pangan uga tercukupi,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni