Maka TNI pada saat itu mengirimkan pasukan untuk menumpas DI/TII, namun hasilnya kurang maksimal dengan adanya banyak korban di pihak TNI dan rakyat yang tidak berdosa.
Penumpasan DI/TII yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Sarbani di lanjutkan oleh Letnan Kolonel Bachrun, Tidak membuahkan hasil maksimal. Setelah diserahkan kepada Letkol Ahmad Yani (Pahlawan Revolusi Jenderal Anumerta Ahmad Yani) yang bertugas sebagai Komandan BE-N SUB TERR-XII.
Ahmad Yani berpikir bagaimana caranya untuk menumpas DI/TII. Maka dibentuklah pasukan-pasukan kecil yang mempunyai daya gempur, daya kejut, dan bermental baja. Mereka di bentuk dengan gemblengan yang keras, bagaimana agar bias menghadapi situasi sesulit apapun.
Pasukan ini dinamakan pasukan Banteng Raiders dengan simbol kepala banteng, yang berarti apabila terluka bukanya mundur, tetapi mengamuk bagaikan banteng yang terluka. Operasi penumpasan DI/TII yang dinamakan Gerakan Banteng Nasional (GBN), yang komando operasinya bermarkas di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, ini berhasil dengan gemilang.
Batalyon ini juga menjadi cikal bakal berdirinya Kopassus Pada tanggal 21 Mei 1952, berkat kreasi baru dari Letkol Ahmad Yani yang merupakan eksperimen dari dua kompi bergerak secara kesatuan kecil dalam melaksanakan operasi-operasi membawa suatu keuntungan dalam bertempur.
Sedangkan 2 kompi tersebut merupakan satuan terpilih dari: kompi Banteng Raiders-1 dipimpin oleh Kapten Pujadi, merupakan anggota pilihan dari Batalyon 401/Rajawali pimpinan Kapten Oemarsaid. Kompi Banteng Raiders-II dipimpin oleh Kapten Hadibroto, merupakan anggota pilihan dari Batalyon 402/Banteng Loreng pimpinan Mayor Soerono.
Kedua kompi tersebut dilatih dalam Battle Training Centre (BTC) Bandungan Sumowono, selama 6 minggu (Dasar Skep Pang Terr No. 32/b-4/D III/1952). Karena keberhasilan 2 kompi dalam melaksanakan Operasi Raid. Kemudian berdasarkan Skep Pangter Nomor 56/B-4/TT IV/1952 tanggal 2 Agustus 1952, pasukan ini ditambah 2 Kompi yang merupakan prajurit pilihan yaitu:
Editor : Ahmad Antoni