get app
inews
Aa Read Next : Kades di Pati Dukung Kapolda, Nana : Itu Bukan Urusan Saya

Mengenal Sukolilo Pati di Balik Viral Kasus Pengeroyokan Bos Rental Mobil

Senin, 17 Juni 2024 | 08:57 WIB
header img
Gua wareh Salah satu objek wisata alam di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Kecamatan Sukolilo juga menyimpan potensi wisata budaya yang selama ini cukup dikenal masyarakat dari berbagai daerah lain, di antaranya "Omah Kendeng" yang merupakan rumah tradisional warga Sedulur Sikep atau dikenal dengan sebutan komunitas Samin.

Di rumah tradisional komunitas Samin yang merupakan sebutan dari nama seorang tokoh, yakni Samin Surosentiko, itu terdapat aneka gamelan yang biasa mereka mainkan, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata budaya lokal. 

Ketika ada kunjungan wisatawan, warga Sedulur Sikep bisa menyambutnya dengan memainkan musik gamelan tersebut dengan menyanyikan aneka tembang-tembang jawa khas komunitas itu.

Samin Surosentiko sendiri diceritakan berasal dari keturunan keraton, kemudian keluar dari lingkungan keluarganya, berbaur dengan masyarakat biasa untuk mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Bentuk perlawanannya dengan cara membangkang tidak membayar pajak, menolak membenahi jalan, dan menolak ikut ronda atau kebijakan apapun ditentang leluhur beserta pengikutnya. Setelah diasingkan ke Digul, kemudian kedua di Sawah Lunto (Sumatera Barat), Samin Surosentiko memberikan petuah nantinya ketika Indonesia merdeka harus mau membayar pajak dan kebijakan pemerintah lainnya.

Potensi wisata budaya lainnya, yakni tradisi meron untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud Ristek.

Tradisi meron tersebut digelar setiap tanggal 13 Rabiul awal. Berdasarkan catatan sejarah meron pertama kali dilakukan oleh abdi dalem Kesultanan Mataram di Pati pada abad 17. Kemudian tahun 2016 oleh Kemendikbud Ristek RI ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

Jika sebelumnya hanya menjadi tontonan masyarakat lokal, kini tradisi itu menjadi tontonan masyarakat dari berbagai daerah. Karena itu, setiap tradisi meron digelar, penontonnya berjubel dan memadati kanan kiri jalan yang dilalui rombongan kirab gunungan meron yang merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan, seperti once dan, ampyang yang disusun menjadi tiga tingkatan.

Editor : Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut