get app
inews
Aa Text
Read Next : Sejarah Hari Juang TNI AD yang Diperingati Setiap 15 Desember, Pertempuran Sengit di Ambarawa

Profil 10 Pahlawan Revolusi Korban Pemberontakan G30S/PKI

Senin, 30 September 2024 | 09:29 WIB
header img
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila akan diperingati setiap tanggal 1 Oktober di mana peringatan ini dilatarbelakangi oleh peristiwa G30S/PKI. Foto/Dok Kemedikbud.

5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan 
Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan meninggal saat berusia 40 tahun. Dia lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang, dia memasuki pendidikan militer Gyugun. Kemudian, dia ditempatkan di Pekanbaru, Riau sampai saat proklamasi kemerdekaan. 

Setelah Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk TKR. Dia pun memiliki karier yang cemerlang di bidang militer. Menjelang akhir hayatnya, dia diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. 

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo 
Sutoyo Siswomiharjo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Saat meninggal, dia berusia 43 tahun. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia memasuki TKR bagian Kepolisian, akhirnya menjadi anggota Korps Polisi Militer. Dia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

Kariernya terus melesat. Tahun 1961, dia diserahi tugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Akan tetapi, Sutoyo yang menentang pembentukan angkatan kelima harus ikut gugur dalam peristiwa G30S PKI. 

7. Brigjen (Anumerta) Katamso 
Katamso dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah. Dia meninggal di usia 42 tahun. Pada masa pendudukan Jepang, dia mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor. Kemudian diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. 

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, dia masuk TKR yang kemudian menjadi TNI. Dia terus berkiprah bersama militer Indonesia. Tahun 1958, Katamso dikirim ke Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus. 

8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean 
Piere Tendean adalah yang termuda. Dia lahir pada 21 Februari 1939 di Jakarta dan meninggal pada usia 26 tahun. Pada April 1965, perwira muda ini diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Ketika bertugas, Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S PKI. Dia pun mengaku sebagai A. H. Nasution.

9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun 
Karel Satsuit Tubun dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Dia tewas pada usia 37 tahun. Ketika meletus pemberontakan G30S PKI, dia termasuk salah seorang korban keganasan pemberontakan tersebut. 

K. S. Tubun waktu itu sedang bertugas sebagai pengawal di kediaman Dr. Y. Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A. H. Nasution. K. S. Tubun melawan dan terjadi pergulatan dan akhirnya ditembak hingga gugur. 

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono 
Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah Gunungkidul, Yogyakarta. Dia meninggal pada usia 38 tahun. Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA). 

Kemudian, dia diangkat menjadi Budanco di Wonosari. Pada 1 Oktober 1965 Sugiyono yang baru saja kembali dari Pekalongan ditangkap di Markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI. Dia dibunuh di Kentungan, sebelah Utara Yogyakarta dan jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965. Lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
 

Editor : Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut