SEMARANG, iNewsSemarang.id – Karimunjawa merupakan salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Jawa Tengah. Keindahan alam dan ekosistem asli Karimunjawa menjadi magnet bagi wisatawan dan berdampak meningkatnya kunjungan wisata.
Akan tetapi, karena statusnya sebagai kawasan konservasi mengharuskan tetap memegang teguh prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatannya.
Selain itu, pemanfaatan perikanan juga ditengarai menjadi ancaman keberlanjutan sumber daya laut di Taman Nasional ini. Konsekuensi hadirnya berbagai aktivitas pemanfaatan di suatu kawasan konservasi akan memicu konflik kepentingan yang akan berdampak pada ekonomi dan ekologi.
Untuk meminimalisasi konflik serta optimalisasi keuntungan ekonomi di kawasan konservasi, maka diperlukan kajian ekonomi biru (blue economy).
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Gazi Md Nurul Islam peneliti Unirazak Malaysia saat kaji lapang Summer Course V to V FEB Undip di Karimunjawa pada tanggal 5-7 Oktober 2024.
Pengajar dari FEB Undip Prof. Nugroho SBM mengatakan, dalam kajian ekonomi biru, sumberdaya laut, nelayan, peralatan usaha perikanan, usaha pariwisata, beserta masyarakatnya dipandang sebagai alat produksi yang akan menghasilkan produk bernilai tinggi.
“Namun dengan cara praktik yang ramah lingkungan (berkelanjutan). Sehingga dibutuhkan teknologi dalam penerapannya di lapangan,” ujar Prof Nugroho dalam keterangannya, Selasa (8/10/2024).
Direktur V to V Global Partnership Waterloo University, Canada, Prof. Prateep Kumar Nayak memandang nelayan Karimunjawa masih dalam kondisi/situasi ketidakpastian (vurnerable) diperlukan kaji-tindak dari berbagai disiplin ilmu, sosial-ekonomi-ekologi untuk membantu nelayan dapat hidup layak (viable).
Para pengajar tersebut sepakat bahwa nelayan Karimunjawa memiliki potensi besar untuk beradaptasi terhadap perubahan pasar. Setidaknya mereka tidak canggung lagi menjadi pramuwisata.
Pengajar dari Pusat Penelitian Ekonomi Biru (PPEB) Undip, Prof. Munasik mengatakan, besarnya kemampuan adaptasi nelayan Karimunjawa ditunjukkan oleh sekelompok nelayan "Omah Karang" yang membuka paket wisata bertema transplantasi karang.
“Meski baru berdiri beberapa bulan, usaha sampingan nelayan desa Nyamplungan ini sudah punya pasar, dan sudah menyasar wisatawan asing,” ujarnya.
Salah satu peserta mahasiswa asing dari University of Germany, Janne mengapresiasi keterlibatan perempuan di kelompok nelayan wisata ini.
Ketua pelaksana sekaligus pengajar summer course, Prof. Indah Susilowati dosen FEB Undip berharap kegiatan ini menjadi awal kolaborasi internasional melalui penelitian dan pengabdian masyarakat untuk ikut membantu agar kehidupan nelayan Karimunjawa yang lebih baik.
“Kehadiran perguruan tinggi melaui Puslit PPEB Undip sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah pasca summer course ini,” katanya.
Editor : Ahmad Antoni