SEMARANG, iNewsSemarang.id - Dalam upaya menciptakan lingkungan pesantren yang lebih ramah, sehat, dan kondusif, Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh (BMP-JPPPM) menggelar seminar nasional bertajuk “Disiplin Positif untuk Santri Berkarakter, Sehat, dan Produktif”. Acara ini sukses diselenggarakan di Pondok Pesantren Darussalam, Gebugan, Bergas, Kabupaten Semarang, dengan menghadirkan pembicara-pembicara inspiratif dan dihadiri peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Seminar ini dirancang untuk memberikan wawasan baru kepada para pengasuh pesantren, guru, santri, dan wali santri dalam mengimplementasikan konsep disiplin positif di lingkungan pesantren.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pesantren dapat menjadi tempat pendidikan yang tidak hanya mendidik secara intelektual tetapi juga membangun karakter dan kesehatan mental para santri.
Pentingnya Disiplin Positif untuk Masa Depan Santri
Disiplin positif adalah pendekatan pendidikan yang berfokus pada pembentukan kesadaran diri, tanggung jawab, dan perilaku positif tanpa menggunakan metode kekerasan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Adler dan dikembangkan lebih lanjut oleh Jane Nelsen.
Dalam seminar ini, peserta diajak untuk memahami bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan dalam kehidupan pesantren sehari-hari.
Ketua Panitia, Ning Dr. Hj. Umnia Labibah, S.Th.I., M.Si, membuka acara dengan menggarisbawahi urgensi penerapan disiplin positif di pesantren.
"Santri adalah generasi penerus yang akan membawa perubahan besar di masa depan. Melalui disiplin positif, kita tidak hanya mendidik mereka untuk taat aturan, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang bertanggung jawab, sehat mental, dan kreatif," ujarnya.
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama, diantaranya Ning Dr. Hj. Umnia Labibah, S.Th.I., M.Si yang membahas peran disiplin positif dalam membentuk karakter santri. Kemudian Ning Dr. Fatma Laili Khoirun Nida, M.Si yang menjelaskan hubungan disiplin positif dengan kesehatan mental santri dan Ning Hj. Ashfa Khoirunnisa’, M.Si yang mengupas pentingnya disiplin positif untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas santri.
Dalam sesi pertama, Ning Umnia menekankan bahwa disiplin positif adalah solusi untuk mengatasi tantangan modern yang dihadapi pesantren, termasuk kasus bullying, kekerasan seksual, dan tindakan amoral lainnya.
Ning Umnia menjelaskan bahwa, pendekatan ini membantu santri memahami nilai-nilai kebaikan secara mendalam, bukan karena paksaan, tetapi melalui kesadaran diri.
Dengan antusiasme dan dukungan yang besar, BMP-JPPPM berharap seminar ini dapat menjadi inspirasi bagi pesantren di seluruh Indonesia untuk mengadopsi disiplin positif sebagai pendekatan utama dalam membentuk santri berkarakter.
“Semoga dari seminar ini lahir langkah-langkah besar untuk menciptakan pesantren yang lebih baik, ramah, dan penuh manfaat bagi umat dan bangsa,” tutup Ning Umnia.
Membangun Pesantren yang Ramah dan Aman
Peserta seminar, yang terdiri dari Bu Nyai, Nawaning, asatidz, pengurus pesantren, dan santri, sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan.
Dalam sesi kedua, Ning Fatma memberikan wawasan tentang bagaimana menjaga kesehatan mental santri di tengah tekanan akademik dan sosial yang semakin besar.
"Santri yang sehat mentalnya akan memiliki kapasitas lebih baik untuk belajar, berkreasi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya," jelasnya.
Sesi terakhir dibawakan Ning Hj. Ashfa yangmembahas cara mengintegrasikan disiplin positif dengan kreativitas dan produktivitas santri. Ia menekankan pentingnya pendekatan ini untuk mencetak santri yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga produktif dan inovatif dalam berbagai aspek kehidupan.
Seminar ini juga menjadi forum diskusi interaktif, di mana para peserta berbagi pengalaman dan tantangan dalam mengelola disiplin di pesantren masing-masing.
Dari diskusi ini, muncul berbagai ide kreatif untuk mengintegrasikan disiplin positif ke dalam sistem pendidikan pesantren.
"Dengan disiplin positif, kita tidak hanya mencegah perilaku negatif, tetapi juga membangun lingkungan pesantren yang lebih inklusif, ramah, dan sehat. Ini adalah langkah awal untuk menciptakan generasi santri yang tidak hanya berkarakter kuat, tetapi juga mampu menghadapi tantangan global," ujar Ning Shofia, salah satu peserta yang juga seorang pengasuh pesantren dari Jawa Timur.
Seminar ini menutup rangkaian acara dengan kesimpulan penting: disiplin positif adalah kunci untuk menciptakan generasi santri yang tangguh, sehat, dan produktif. Melalui penerapan pendekatan ini, pesantren dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mengatasi masalah internal, dan menjaga reputasi sebagai lembaga pendidikan Islam yang bermartabat.
Editor : Agus Riyadi