ANKARA, iNewsSemarang.id - Sikap berbeda dengan sejumlah negara anggota NATO ditunjukkan Turki terkait invasi Rusia ke Ukraina. Negara Recep Tayyip Erdogan tak mau ikut-ikutan memberikan sanksi ke Rusia seperti yang telah dilakukan anggota NATO pada umumnya.
Dengan sikap ini, Turki menjadi satu-satunya negara anggota NATO yang punya sikap berbeda soal invasi ke Ukraina. Turki tak mau menjatuhkan sanksi disebabkan karena kedekatannya dengan Rusia, sehingga memilih untuk bersikap sebagai penengah atas konflik Rusia-Ukraina.
Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, mengatakan kepada stasiun televisi TRT Haber, pemerintah tak ingin menghapus rasa saling percaya yang sudah terbangun dengan baik dengan Rusia.
Selain itu Kalin menegaskan, Turki ingin menghindari dampak negatif bagi perekonomian negaranya yang sudah morat-marit akibat serangkaian sanksi.
Turki juga mengecam keras invasi Rusia ke Ukraina seraya terus mengupayakan dialog untuk menyelesaikan krisis. Pada Rabu lalu, Turki menengahi pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov dengan seterunya dari Ukraina, Dmytro Kuleba, di Anatalya. Itu merupakan pertemuan pertama diplomat top kedua negara sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Pertemuan itu memang tak menghasilkan kemajuan dalam isu kemanusiaan, apalagi gencatan senjata. Namun Presiden Erdogan menyebut pertemuan itu sebagai kemenangan diplomatik.
Dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Erdogan juga menegaskan peran Turki sebagai mediator antara Ukraina dan Rusia penting untuk mencegah konflik semakin meruncing.
Sementara itu Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada media Turki aliansi berharap semua anggota satu suara untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Keluhan itu juga disampaikan kepada Menlu Turki Mevlut Cavusoglu saat bertemu di Antalya.
Editor : Agus Riyadi