SEMARANG, iNewsSemarang.id - Sebagai wilayah pesisir yang memiliki potensi banjir cukup besar akibat limpasan air dari kawasan hinterland, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan mendukung upaya pemerintah. Banjir dan luapan air yang melanda sejumlah wilayah seperti Kendal, Grobogan, Pekalongan dan wilayah pesisir lainnya juga menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
“Kami turut berempati atas bencana banjir yang terjadi di wilayah-wilayah tetangga. Kita doakan mudah-mudahan musibah ini lekas berakhir dan berharap kondisi serupa tidak terjadi di Kota Semarang. Ke depan, kita harus tetap waspada, terus berkoordinasi dan menjaga kebersihan lingkungan termasuk dalam melakukan pemeliharaan kebersihan saluran serta perbaikan infrastruktur,” ujar Wali kota yang akrab disapa Mbak Ita.
Upaya kolaboratif dan terpadu dalam antisipasi dan penanggulangan banjir terus dimaksimalkan wali kota bersama seluruh stakeholder seperti Dinas Pekerjaan Umum, BBWS Pemali Juana, dan berbagai pihak terkait. Dirinya juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat, seperti tidak membuang sampah sembarangan, yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengurangi risiko banjir. Dengan langkah pro aktif, terpadu dan perencanaan adaptif, diharapkan risiko banjir di Semarang dapat diminimalkan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, Soewarto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah mitigasi strategis untuk menghadapi cuaca ekstrem. Menurutnya, Kota Semarang mengalami hujan ekstrem dengan curah lebih dari 300 mm pada 11–12 Desember 2024 lalu jauh melebihi kategori hujan ekstrem (>150 mm/hari).
Meski demikian, lanjutnya, berbagai langkah mitigasi dari Pemerintah Kota Semarang berhasil mencegah banjir di beberapa wilayah rawan, seperti Tlogosari, Woltermonginsidi, dan Muktiharjo Kidul. BMKG memperkirakan cuaca ekstrem berlanjut hingga Maret 2025.
“Beberapa yang telah dilakukan adalah normalisasi Kali Tenggang dan peninggian jembatan Nogososro untuk memperlancar aliran air ke Sungai Tenggang, peninggian Jalan Woltermonginsidi guna mencegah genangan serta pemasangan U-Ditch di Muktiharjo Kidul untuk meningkatkan kapasitas saluran air,” urai Soewarto. Lebih lanjut, dirinya bersama tim juga melakukan optimalisasi pompa air di titik-titik rawan genangan untuk memastikan aliran air terkendali.
Terkait peninggian jembatan Nogososro, Lurah Tlogosari Kulon, Hananto Lesworo merasa senang dan mengapresiasi langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Semarang dalam mengatasi persoalan banjir di wilayah Tlogosari Kulon dan Tlogosari Wetan.
"Masyarakat sekitar Nogososro sebetulnya sudah mengeluhkan permasalahan banjir yang kerap terjadi di wilayah itu 5 atau bahkan 10 tahun ke belakang. Posisi jembatan itu rendah sama dengan permukaan air sungai, sehingga kalau hujan sedikit saja pasti limpasannya ke jalan Nogososro dan sekitarnya termasuk Jalan Kawung hingga masuk ke permukiman warga," terang Hananto.
Sehingga peninggian jembatan Nogososro yang dilakukan di era kepemimpinan Hevearita Gunaryanti Rahayu sangat menggembirakan warga yang ada di sekitar Nogososro. "Warga senang, karena setelah peninggian jembatan, Alhamdulillah sekarang aliran arus sungainya lancar sehingga tidak ada lagi genangan di sekitar wilayah Nogososro," pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, Budi Prakosa. Dirinya menjelaskan bahwa proyek pengendalian banjir Kota Semarang dirancang secara kolaboratif oleh berbagai OPD, BBWS, pemerintah provinsi dan pusat.
"Sebagai bagian dari National Urban Flood Resilience Project (NUFReP), kami telah merancang beberapa proyek strategis, termasuk pengendalian banjir Plamongan Hijau. Ini bukan hanya proyek teknis, tetapi juga solusi berkelanjutan untuk mengurangi risiko banjir yang kerap melanda wilayah perkotaan," ujar Budi.
Editor : Maulana Salman