Syafii Efendi Ajak Anak Muda Hapus Paradigma Tamat Kuliah jadi PNS, Ini Alasannya

SEMARANG, iNewsSemarang.id – Presiden of OIC Youth Indonesia Syafii Efendi mengajak anak muda menghapus paradigma tamat kuliah jadi PNS. Menurutnya, paradigma itu merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda.
Hal itu disampaikan Syafii di sela kegiatan Seminar Internasional ASEAN Youth Movement 2025 “Membangun Mentalitas Pemuda Indonesia Unggul dan Berdaya Saing Global” yang digelar DPD Wirausaha Muda Nusantara (WIMNUS) Jateng bekerjasama Gerakan Kewirausahaan Nasional dan HIPMI PT Unnes di Auditorium Prof Wuryanto Unnes, Semarang, Minggu (23/2025).
Selain Syafii Efendi, juga menghadirkan dua narasumber lainnya yakni Anas Hameeyae, Chairman of IslamicYouth Thailand, dan Danag Giri Sadewo, Education Influencer.
“Paradigma tamat kuliah jadi PNS itu melekat sekali. Itu adalah peninggalan Belanda, ini pembodohan yang harus kita cuci habis. Ya cuma itu tadi, untuk mencuci ini butuh kekuatan dan kolektif movement kita makanya dimulai dari anak muda,” tegasnya.
Dia mengatakan, pemerintahan Belanda saat itu memang cukup pintar. Karena, sewaktu meninggalkan Indonesia telah mengelola pola pikir masyarakat. “Belanda itu pintar. Waktu dia pergi dari Indonesia sak keris-kerisnya dibawa semua. Kenapa? Karena pikiran kita yang dia sedang kelola,” ujarnya.
Sebab itu, dalam seminar ASEAN Youth Movement, pihaknya berupaya menaikkan standar berpikir, standar berkegiatan dan standar karakter anak muda Indonesia. “Karena hari ini sudah tidak ada batas lagi, karena sudah open border,” ujarnya.
“Kita ke Vietnam bisa langsung, kita ke Singapura tanpa lapor kemana-mana, artinya tanpa ada batas-batas tertentu. Katanya tahun depan juga akan bertambah negara tanpa visa yang bisa kita kunjungi,” kata International Public Speaker ini.
Menurut dia, Go Global memang tidak bisa dihindari. Pertanyaanya, apakah kita bersiap atau tidak siap menghadapi keterbukaan. “Hari ini kita bicara tentang itu, karena itu gak gampang, karena primodial kedaerahan kemudian gay akita untuk tidak memberi ijin perubahan. Ini yang masalah,” tandasnya.
“Jadi golongan-golongan yang kolot ini yang tidak mau berubah. Kalau dia tidak mau berubah tapi mau belajar menarik, tapi kalau ia tidak mau berubah dan tidak mau belajar ini akan dihantam oleh perubahan,” tukas Syafii.
Sisi lain, dia menyatakan bahwa Gen Z ini bisa dikatakan generasi strawberry, tapi kalau dikelola dengan baik, Gen Z adalah kekuatan. “Karena ini adalah mahkluk yang ketika lahir langsung pintar, kenapa? Karena di tangannya semua informasi ada,” ujarnya.
Namun pertanyaannya, orang yang memegang informasi ini apakah orang yang melakukan aksi, belum tentu. Tugas kita adalah membuat orang-orang yang melakukan informasi berani melakukan aksi. Itu semua dimulai dari mindset.
Urusan mindset AI pun tak mampu menyaingi karena mindset ini persoalnan drive bagaimana seorang bisa berubah. Perubahan tindakan, karakter itu dimulai dari pola pikir.
“Nah ini yang repot, makanya sebelum perang nyata kita itu ada yang Namanya perang pikiran, perang ideologi, perang ekonomi baru perang militer. Jadi, kita itu setahap lagi sebenarnya menjelang perang militer Ketika perang datang dan ekonomi ini membesar, tapi sebelum itu di drive dari otak kita dulu, perang peradaban,” jelasnya.
Dosen FEB Unnes, Anindya Ardiansari, berharap kegiatan seminar internasional ini bisa mencetak generasi emas untuk menuju Indonesia Emas dengan memiliki soft skill yang siap untuk bersaing di kancah global nantinya.
“Sehingga pelajar-pelajar yang hadir diharapkan sudah mempersiapkan diri baik berenterprenuership, soft skill yang lain yang bisa diasah di kegiatan,” ujar Anindya yang juga pembina UKM kewirausahaan Unnes ini.
Sementara itu, Faqih Nurmansyah, Wakil Sekretaris KNPI Jateng menilai kegiatan ini sangat baik karena terkait menjaga mental/mengarahkan mental anak-anak muda.
“Makanya KNPI memberikan pengalaman sedikit terkait organisasi seperti apa dan keuntungan manfaat di organisasi seperti apa termasuk untuk adik-adik harus banyak disiplin. Salah satunya adalah disiplin dalam berbicara jempol. Ini harus diatur, adat ketimuran masih terjaga. Sebenarnya anak muda sekarang memiliki keunikan tersendiri di era digital. Jadi anak-anak muda sekarang ini berbeda dengan yang dulu,” terangnya.
Sementara, Ketua Umum DPD Wimnus Jateng, Slamet Muridan menjelaskan, seminar sengaja dikhususkan bagi para pelajar karena mengacu pada survei terhadap kondisi di Kota/Kabupaten Semarang, juga di Jawa Tengah menyebut hamil di luar nikah, seks bebas cukup tinggi.
“Kita tidak bisa anak-anak muda hari ini tidak bisa teredukasi dengan baik. Anak-anak ini butuh arahan yang benar, butuh guru, orang-orang dewasa, butuh ahli untuk fasilitator yang benar untuk menuju mindset itu landing dulu kepada anak-anak supaya mereka dari mindset timbul pergerakan. Ketika pergerakan itu sudah benar, mereka sudah form dengan jatidirinya maka mereka jadi anak muda yang produktif menuju generasi emas yang lebih baik,” jelasnya.
Editor : Ahmad Antoni