Kenaikan itu disebut-sebut sebagai dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Namun demikian, kenaikan dinilai sebagai hal yang wajar.
“Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin menjadi perlu perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum,” kata Agra.
Menurutnya, jika harga mi instan melambung tinggi, masyarakat akan beralih mencari subtitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa.
Sementara itu, Kendati harga mi instan saat ini belum melambung tinggi, pedagang pasar dan retail di Bali mengaku telah merasakan kenaikan harga secara sedimit demi sedikit. “Sudah naik segala macam mi, mi kuning duluan naik Rp500 per bungkus, jadi Rp10 ribu per dus. Untuk mi yang lebar sekarang bisa Rp20 ribu per dus,” kata salah satu pedagang sembako di Pasar Katrangan Denpasar, Ni Made Kartini (41).
Untuk mi instan jenis goreng kini dijualnya dengan harga Rp3.500 dari yang sebelumnya Rp3.000. Sedangkan mi rebus masih diangka Rp3.000 sehingga dalam satu dusnya ia membeli kepada distributor seharga Rp110 ribu dari yang sebelumnya Rp100 ribu.
“Sekarang berkurang ngambilnya, biasanya nyari dua dus, sekarang satu dus saja lama habisnya. Untuk kenaikan dari distributor kalau akan naik, pasti sebelumnya diberitahu mau naik,” kata Kartini. (mg arif)
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait