SEMARANG, iNewsSemarang.id- Salah satu tradisi merayakan kemenangan di bulan Syawal yang populer di Indonesia adalah Sesaji Rewanda. Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 3 Syawal oleh warga Kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Semarang. Sesaji Rewanda secara harfiah berarti memberi hadiah kepada para monyet.
Oleh karena itu, tidak hanya manusia yang terlibat dalam tradisi ini, tetapi juga para monyet.
Tradisi ini bertujuan untuk mengenang kisah Sunan Kalijaga saat mencari kayu untuk pembangunan Masjid Agung Demak.
Konon, Sunan Kalijaga dibantu oleh para monyet untuk menggulirkan batang kayu jati yang kemudian dihanyutkan ke Sungai Kreo dan dibawa ke Demak untuk pembangunan Masjid Agung.
Pada perayaan Sesaji Rewanda, masyarakat setempat mengarak berbagai gunungan yang berisi buah-buahan, sayur-sayuran, dan ketupat.
Ada juga gunungan yang berisi nasi, sayur, tahu, dan tempe yang dibungkus dalam daun jati, yang disebut Sego Kethek. Gunungan-ganungan ini akan dipersembahkan kepada para monyet di Goa Kreo.
Prosesi upacara dimulai setelah tiba di kawasan Goa Kreo. Upacara ini dipimpin oleh tokoh adat yang memanjatkan doa kepada Sang Pencipta.
Kemudian, anak-anak yang mengenakan kostum monyet menari diiringi tabuhan gamelan, dan diikuti oleh masyarakat lainnya.
Setelah pembacaan doa dan tarian, gunungan dibagikan kepada para warga dan monyet. Para warga dan monyet berebut buah-buahan dan sayuran yang ada di gunungan itu. Mereka menikmati gunungan bersama-sama, dan tradisi ini terus dilestarikan hingga saat ini.
Tata cara Sesaji Rwanda
Tata cara sesaji rwanda dimulai dengan mengumpulkan berbagai jenis makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, ketupat, dan nasi beserta lauk pauknya.
Selanjutnya, masyarakat setempat membuat gunungan dari makanan tersebut yang nantinya akan dipersembahkan untuk para monyet di Goa Kreo.
Pada hari upacara, para warga mengarak gunungan dari kampung mereka di Kampung Kandri ke Gua Kreo yang jaraknya sekitar 800 meter.
Arak-arakan Sesaji Rewanda didahului oleh tarian empat orang berkostum monyet yang melambangkan para sahabat Sunan Kalijaga yang membantu memindahkan kayu jati.
Setelah tiba di lokasi upacara, para tokoh adat memimpin prosesi upacara dan memanjatkan doa kepada Sang Pencipta.
Setelah doa selesai dibacakan, anak-anak yang berkostum monyet menari diiringi tabuhan gamelan, dan diikuti para masyarakat lainnya. Setelah pembacaan doa dan peragaan tarian selesai, gunungan kemudian dibagikan.
Para warga kemudian berebut gunungan yang ada. Para monyet pun turut serta berebut buah-buahan dan sayuran yang ada di gunungan tersebut.
Akhirnya, para warga dan monyet dapat menikmati makanan bersama-sama sebagai simbol kebersamaan dan persatuan.
Editor : Suriya Mohamad Said
Artikel Terkait