Sang Saka Merah Putih dan Air Mata Fatmawati, Kisah Mengharukan di Balik Jahitan Suci

Qur'anul Hidayat/Arni Sulistiyowati
Fatmawati menjahit Sang Saka Merah Putih sambil berurai air mata karena terharu. (Foto: Ilustrasi/Dok Okezone)

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Bendera Merah Putih menjadi simbol NKRI yang ditegaskan oleh UUD 1945. Warna-warna ini memiliki makna yang mendalam. Warna merah melambangkan keberanian dan putih melambangkan kesucian.

Namun, dimanakah sekarang Bendera Indonesia yang asli yang dibuat oleh ibu Fatmawati? Nama Fatmawati sangat dikenal di Indonesia. Selain dikenal sebagai istri Presiden Soekarno, dia juga dikenal karena kontribusinya dalam pembuatan Sang Saka Merah Putih. Berkat kontribusinya ini, Fatmawati menjadi salah satu istri Soekarno yang diingat oleh masyarakat.

Ibu negara pertama ini dengan rajin menjahit Sang Saka Merah Putih menggunakan mesin jahit tangan. Pada saat itu, dia tidak diperbolehkan menggunakan mesin jahit kaki karena sedang mengandung besar.

Setelah Belanda kembali menguasai Jakarta pada tahun 1946, Sang Saka Merah Putih kemudian dibawa ke Yogyakarta oleh Soekarno.

Ketika terjadi Agresi Militer Belanda, Sang Saka Merah Putih terpaksa dipotong menjadi dua bagian. Kemudian, diberikan kepada Husein Mutahar, ajudan Soekarno sekaligus pencipta lagu Syukur dan Hari Merdeka. Husein Mutahar ditugaskan untuk menjaga Bendera Merah Putih ini.

Saat Agresi Militer, Husein Mutahar harus menjaga Sang Saka Merah Putih dengan mengambil risiko besar. Walaupun sempat ditangkap dan harus berjuang keras untuk melarikan diri dari tentara Belanda, H. Mutahar akhirnya berhasil membawa kembali Sang Saka Merah Putih ke Jakarta.

Setelah tiba di Jakarta, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang pertama kemudian menjahit kembali Sang Saka Merah Putih yang terpotong. Setelah itu, bendera ini diberikan kepada Soedjono, yang merupakan orang kepercayaan Soekarno. Soedjono membawa Sang Saka Merah Putih ini pada Soekarno, yang saat itu dalam pengasingan di Bangka.

Mungkin selama ini banyak masyarakat Indonesia yang keliru tentang sejarah pembuatan bendera merah putih pertama. Sebenarnya, Sang Saka Merah Putih tidak dibuat dari kain seprai atau kain penjual soto.

Pembuatan bendera pertama ini diwujudkan sesuai keinginan Jepang yang memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Fatmawati memperoleh kain tersebut dari Chaerul Basri, kepala barisan propaganda Jepang. Kain tersebut terbuat dari katun halus yang diambil dari gudang yang berada di Jalan Pintu Air.

Selama proses penjahitan, Ibu Fatmawati mengalirkan air mata. Namun, air mata ini bukanlah tanda kesedihan, melainkan tanda keharuan.

Sukmawati, putri keempat Soekarno, menceritakan tentang proses pembuatan bendera merah putih oleh ibunya. Saat itu, Fatmawati sangat bahagia karena Indonesia akhirnya bebas dari penjajah. Keadaan ini membuatnya penuh semangat saat menjahit bendera merah putih, hingga air matanya tidak dapat ditahan karena rasa haru.

Namun, karena faktor usia, Sang Saka Merah Putih menjadi rapuh. Oleh karena itu, sejak tahun 1968, bendera yang berkibar di Istana Negara adalah Bendera Pusaka tiruan yang terbuat dari kain sutra.

Bendera Pusaka ini dikibarkan selama 15 tahun hingga tahun 1984. Setelah itu, pada tahun 1985, Bendera Pusaka kedua yang berkibar pada Peringatan Kemerdekaan Indonesia digunakan hingga tahun 2014. Sementara itu, Bendera Pusaka ketiga dikibarkan mulai tahun 2015 hingga sekarang.

Sementara Sang Saka Merah Putih yang asli saat ini disimpan dengan hati-hati di dalam Istana Negara. Bendera buatan ibu negara pertama ini tidak lagi boleh dikibarkan dan dijaga dengan baik agar bukti Proklamasi Indonesia 1945 ini tidak rusak.

 

Editor : Maulana Salman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network