DEMAK, iNewsSemarang.id - Kondisi ratusan pengungsi korban banjir di Kabupaten Demak di sepanjang tanggul sungai, sungguh meprihaatinkan. Mereka hanya bisa makan satu kali sehari dan tidur di bawah terpal usang.
Kondisi itu sudah dialami ratusan pengungsi sejak dapur umum di seputar Jembatan Tanggul Angin dibongkar lima hari lalu. Mereka sangat mengharapkan bantuan makanan dari masyarakat dan pemerintah.
Banjir di Kabupaten Demak kini sudah memasuki hari ke-12. Namun, belum ada tanda-tanda kapan air akan surut.
Banjir tersebut salah satunya menggenangi permukiman warga di Kecamatan Karanganyar. Warga pun masih bertahan di lokasi pengungsian dan sebagian masih bertahan hidup di atas tanggul.
Ketua RT Dukuh Norowito, Wartono mengatakan, hampir 300 orang warga Desa Karanganyar dan warga Dukuh Norowito, Desa Ketanjung mengungsi di sepanjang tanggul Sungai Wulan.
“Ya begini, kami dan warga berteduh di bawah tenda untuk penghalau panas dan hujan. Makan juga hanya bisa satu kali,” katanya, Minggu (18/2/2024).
Dia mengatakan, warga enggan dievakuasi di lokasi pengungsian yang ditetapkan oleh pemerintah karena ingin mengawasi kondisi rumahnya.
“Alasannya mengungsi di sini, supaya bisa sekalian melihat rumah dan harta benda yang tertinggal,” katanya.
Dia mengungkapkan, sejak dapur umum di Jembatan Tanggul Angin dibongkar para pengungsi di sepanjang tanggul kini semakin meprihatinkan. Mereka kesulitan mendapatkan bantuan makanan.
"Sekarang hanya bisa makan satu kali sehari sejak tidak ada lagi dapur umum,” ucapnya. Hal ini diamini pengungsi korban banjir, Slamet Hariyanto.
Dia berharap ada bantuan makanan untuk bertahan hidup saat menunggu banjir di permukiman surut. “Sampai saat ini, ketinggian air masih mencapai sepinggul orang dewasa,” ujarnya.
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait