"Beliau mewujudkan satu kolaborasi akulturasi budaya. Ketika masyarakat Muslim menjelang Ramadan, antara umara dengan ulama bersama-sama mengumumkan kepada masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan," katanya.
Ia menyebut, prosesi ini diawali dengan adanya Pasar Dugderan di sekitar Alun-alun Semarang yang dimeriahkan berbagai permainan. Warak Ngendog sebagai simbol Dugderan merupakan, binatang imajiner yang menunjukkan akulturasi budaya Kota Semarang sejak zaman dahulu kala.
Acara kebudayaan ini juga bentuk toleransi tinggi antarumat beragama, antar etnis yang ada di Kota Semarang. Apalagi kala itu, Semarang menjadi lokasi strategis dalam melakukan syiar agama Islam.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang, Sabtu (9/3/2024). IST
"Acara pertama ada penyerahan suhuf halaqah. Dari Balai Kota, rombongan Ibu Wali Kota yang memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum, nama lain kami izin kepada Keraton Surakarta karena Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat adalah putra. Ini dilakukan karena pimpinan kami putri, maka kami minta arahan kemudian diberikan nama tersebut," katanya.
Mbak Ita, memimpin prosesi kirab sampai Masjid Agung Semarang Kauman, di sana akan diterima oleh Tafsir Anom bersama Alim Ulama yang hadir. Di Masjid Kauman, kata Wing, akan diumumkan kepada masyarakat tentang penentuan hari datangnya bulan suci Ramadan 1445 H.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait