Dilarang Menikah pada Bulan Suro, Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Gus Muwafiq

Hantoro
Menikah pada bulan Suro dilarang, mitos atau fakta? Bulan Suro atau yang bertepatan dengan bulan Muharram seringkali dianggap keramat oleh sebagian orang Jawa. (ilustrasi/Dok Sindonews)

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Menikah pada bulan Suro dilarang, mitos atau fakta? Bulan Suro atau yang bertepatan dengan bulan Muharram seringkali dianggap keramat oleh sebagian orang Jawa. Ada larangan yang masih dipercaya hingga sekarang, salah satunya tidak boleh mantu alias menikahkan anak.

Menurut Penceramah ternama KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq, orang Jawa memang punya banyak larangan pada bulan Suro. Mereka tidak berani mantu, senang-senang, bahkan sampai pindah rumah.

"Ini orang yang kadang salah paham. Orang yang paling percaya dengan barang-barang yang bikin orang musyrik. Buktinya apa, masak pas bulan Asyura (Suro) enggak berani menikah. Malah orang Jawa memercayai kalau Nyi Roro Kidul mantu," kata Gus Muwafiq dalam tayangan video ceramahnya.

Ia menjelaskan, padahal yang terjadi pada bulan Suro sebenarnya terkait awal kisah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam hijrah. Ketika itu Islam pertama kali turun di Makkah, lanjut ke Madinah. 

Lalu menantu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam hijrah yakni Ali mengajaknya ke Basrah. Mereka pergi bersama dengan Hasan dan Husein putranya.

Basrah (Persia) pada masa itu adalah negara yang belum dimasuki Islam. Orang-orang di sana masih menyembah api. Dikarenakan Ali sosok cerdas dan lembut, dia pun disegani oleh orang Persia.

Sampai Raja Persia, Rustum, mencari tahu sosok Ali. Setelah tahu kebaikannya, Raja Rustum yang berkepercayaan Majusi berkunjung ke rumah, bertujuan melamar putra Ali. Akhirnya, putranya menikah dengan putri dari Raja Rustum sampai mendapat banyak keturunan.

Di situlah Raja Rustum mantap masuk Islam. Dia tidak lagi menyembah api, tetapi percaya adanya kuasa Allah Subhanahu wa Ta'ala. Muncul pula masjid-masjid untuk beribadah di Persia. 

Tapi bersamaan dengan itu, terjadi konflik di Madinah antara Bani Hasyim dengan Bani Umaiyah. Usman, ayahanda Ali, wafat terbunuh. Mendengar kabar itu, Ali pulang ke Madinah.

Tapi konflik terus lanjut sampai membuat Ali dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam. Hasan dan Husein yang berada di Basrah pun pulang ke Madinah.

Kekuasaan saat itu ada di tangan Muawiyah, lalu konflik masih berlanjut. Hasan wafat karena keracunan di Madinah.

Husein pun merasa situasi makin tidak terkendali. Lantas dia menyerahkan Madinah kepada Yazid bin Muawiyah. Kemudian dia kembali ke Basrah bersama keluarga besarnya tanpa membawa pasukan perang. Hussein juga berharap perdamaian terjadi saat itu. 

Di tengah perjalanan, tepatnya di Karbala, pada 9 Asyuro (9 Muharram), Yazid yang sudah tidak bisa mengendalikan emosi, mengirim pasukan perang untuk membunuh Husein beserta seluruh keluarga dan anak cucunya.

Pada 10 Asyuro, pasukan Yazid melakukan pembantaian terhadap cucu-cucu Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam hijrah. Seluruh umat Islam pun berduka karena perbuatan sadis tersebut.

Sejak itulah orang Islam di dunia, bahkan masyarakat Jawa, menjadikan Suro sebagai bulan duka atau bulan belasungkawa. Jadi, tidak ada kaitannya dengan Nyi Roro Kidul mengadakan pesta pernikahan.

"Itulah mengapa banyak orang Jawa tidak berani menikahkan anaknya di bulan Suro. Bukan karena Nyi Roro Kidul sedang melaksanakan pesta pernikahan, tapi karena sedang berada di bulan berduka," tegas Gus Muwafiq.

Wallahu a'lam bisshawab. 

Editor : Ahmad Antoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network