Sejarah Dugderan di Semarang: Tradisi Perpaduan Budaya Jawa, Tionghoa dan Arab jelang Ramadhan

Ahmad Antoni
Tradisi Dugderan digelar setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadan di Kota Semarang. (foto Ahmad Antoni)

Mendengar suara beduk dan meriam, masyarakat pun berkumpul di alun-alun di depan masjid Kauman, keluarlah Kanjeng Bupati dan Imam Masjid Besar memberikan sambutan dan informasi, salah satunya tentang penentuan awal bulan puasa. 

Prosesi tradisi Dugderan terdiri dari tiga agenda yaitu pasar (malam) Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa dan kirab budaya Warak Ngendok. Tiga agenda tersebut merupakan satu kesatuan dalam tradisi Dugderan.

Warak Ngendog menjadi ikon tradisi Dugderan Semarang sampai sekarang. Sebenarnya Warak Ngendog adalah hewan mitologi yang bentuknya merupakan perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala dan buraq di bagian badannya. 

Warak Ngendok berasal dari dua kata, yakni warak yang berasal dari bahasa arab “Wara'” yang berarti suci dan Ngendog artinya bertelur. 

Dua kata itu bisa diartikan bahwa siapa saja yang menjaga kesucian di Bulan Ramadan kelak akan mendapatkan pahala dalam momentum hari Lebaran.

Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network