JAKARTA, iNewsSemarang.id - Pengamat studi keamanan Timur Tengah Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah mengungkapkan alasan bungkamnya sejumlah negara di Timur Tengah atas konflik Rusia-Ukraina. Menurut Syauqi, konflik yang terjadi menciptakan situasi dilematis bagi negara-negara di Timur Tengah yang memiliki hubungan baik dengan AS dan Rusia.
Syauqi meyakini jika negara-negara tersebut memilih bungkam karena sebuah pengaruh peta politik AS dan Rusia di Timur Tengah.
"Jangankan negara-negara Arab, negara anggota NATO saja tidak banyak berbuat atas konflik tersebut," kata Syauqi.
Kepala Kepala Program Studi Pascasarjana Kajian Terorisme Universitas Indonesia itu menjelaskan, konstelasi pengaruh antara AS dan Rusia di kawasan Timur Tengah mendikte sikap negara-negara Arab menyikapi konflik ini. Syauqi meyakini pengaruh peta politik inilah yang dikhawatirkan oleh negara-negara Arab akan berimbas pada stabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah.
"Konfigurasi peta konflik di kawasan Timur Tengah terjadi karena persaingan pengaruh AS dan Rusia. Oleh karena itu sikap negara-negara Arab sangat berhati-hati menanggapi konflik Ukraina-Rusia yang juga melibatkan AS dan NATO di dalamnya," katanya.
Diketahui, terdapat sejumlah negara yang mengancam akan menyerang Rusia. Salah satu negara yang mengecam adalah Inggris yang mengancam akan menyerang Rusia.
Inggris telah memberikan sanksi terkejam kepada Rusia. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson melayangkan sanksi besar-besaran yang dapat menghambat perekonomian Rusia.
Inggris telah membekukan lima bank dan tiga orang miliarder Rusia bernama Gennady Timchenko, Boris Rotenberg, dan Igor Rotenberg. Boris juga mengatakan, Inggris akan senantiasa menggelontorkan dukungan lebih lanjut ke Ukraina.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait