JAKARTA, iNewsSemarang.id - PT Pertamina (Persero) mengevaluasi harga BBM nonsubsidi pada akhir Juni karena kenaikan harga minyak dunia buntut konflik Iran-Israel. Sinyal harga BBM naik di Juli 2025 pun semakin jelas.
Saat ini harga minyak dunia mengalami tren kenaikan di level USD75 per barel. Bahkan diprediksi harga minyak dunia mencapai USD80 hingga USD100 per barel jika konflik Iran-Israel berkepanjangan dan menggangu jalur perdagangan di Selat Hormuz.
“Kami evaluasi, melihat pergerakan di akhir bulan ini, nanti per tanggal 1 Juli seperti biasa akan ada penyesuaian (harga) untuk yang BBM non-subsidi,” ucap VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso di Jakarta, Selasa 17 Juni 2025.
1. Penyesuaian Harga BBM Tiap Awal Bulan
Penyesuaian harga untuk BBM nonsubsidi memang biasa dilakukan setiap awal bulan. Fadjar belum dapat memastikan perubahan harga BBM nonsubsidi ketika disinggung apakah BBM nonsubsidi akan mengalami kenaikan harga akibat melonjaknya harga minyak dunia.
2. Faktor yang Pengaruhi Harga BBM
Dia menjelaskan, harga BBM tidak hanya dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Ada faktor lainnya yang turut berkontribusi, seperti kurs Rupiah terhadap dolar dan perpajakan.
“Nanti kami melalui Pertamina Patra Niaga akan evaluasi untuk menetapkan harga,” kata dia.
3. Harga BBM yang Berlaku saat Ini
Pertamina telah menetapkan harga BBM per 1 Juni 2025. Hingga saat ini, harga BBM Pertamina masih stabil.
Pertalite: Rp10.000 per liter
Solar Subsidi: Rp6.800 per liter
Pertamax: Rp12.100 per liter
Pertamax Turbo: Rp13.050 per liter
Pertamax Green: Rp12.800 per liter
Dexlite: Rp12.740 per liter
Pertamina Dex: Rp13.200 per liter
4. Konflik Iran-Israel
Ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak Jumat lalu ketika Israel melancarkan serangan udara terkoordinasi ke sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang kemudian dibalas Iran dengan serangan rudal.
Menurut Israel, sedikitnya 24 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan-serangan balasan Iran sejak Jumat.
Di lain pihak, Iran mengklaim sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka akibat serangan-serangan Israel.
Bazan, perusahaan kilang minyak terbesar di Israel, pada Senin (16/6) malam waktu setempat mengumumkan bahwa seluruh fasilitasnya di Pelabuhan Haifa telah ditutup sepenuhnya akibat kerusakan yang disebabkan oleh serangan rudal Iran.
Selaras dengan kehadiran konflik tersebut, harga minyak dunia pun mengalami lonjakan.
Dikutip dari Sputnik-OANA, harga minyak berpotensi melonjak hingga mencapai harga USD130 per barel jika Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz, menurut laporan surat kabar Turki Hurriyet pada Senin.
Selat Hormuz disebutkan menangani 20 persen pengiriman minyak global dan 80 persen perdagangan minyak dan gas alam cair (LNG) untuk Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Editor : Arni Sulistiyowati
Artikel Terkait