7 Jenis Pakaian Adat Jawa Tengah, Lengkap dengan Makna dan Filosofinya

Ary Wahyu Wibowo
Pakaian adat yang dikenakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo adalah Jawi Jangkep, salah satu pakaian adat Jawa Tengah Foto: Humas Pemprov Jateng

Sebagai kelengkapan, pria dapat menggunakan blangkon yang terbuat dari kain batik. Kain dililitkan di kepala lalu diikat. Untuk saat ini dapat ditemukan blangkon instan yang sudah jadi, sehingga memudahkan para pria untuk mengenakan.

Surjan merupakan pakaian adat Jawa Tengah yang identik dengan motif lurik. Biasanya digunakan oleh para pria dalam berbagai acara adat atau kebudayaan tertentu. Surjan merupakan pakaian adat yang biasanya dihubungkan dengan busana Kejawen penuh dengan Piwulang Sinandhi. Pakaian adat ini mempunyai makna bahwa garis-garis tersebut melambangkan akan kesederhanaan.

4. Basahan

Pakaian Basahan sering dipakai para pengantin saat pernikahan. Basahan merupakan pakaian adat Jawa Tengah peninggalan dari kebudayaan Mataram.

Baju adat basahan identik dengan pengantin pria tidak menggunakan luaran dan akan dirias Paes Ageng Kanigaran. Di mana baju adat ini juga dikenal dengan nama Dodot, karena kedua mempelai pengantin biasanya akan menggunakan kemben panjang dan lebar yang biasanya dinamakan kain Dodot. Sebagai penutup kepala, pengantin pria mengenakan kuluk yang memiliki beberapa macam warna.

Para pria membawa senjata berupa keris untuk menunjukkan kekuatan. Untuk perempuan, rambut ditata membentuk konde dan dihias bunga di atasnya. Pada leher menjuntai kalung yang indah. Baik pria maupun wanita, di kedua pangkal lengannya terdapat hiasan.

5. Kanigaran

Kanigaran merupakan pakaian adat Jawa Tengah yang dulu sering digunakan para raja. Penampilannya menunjukkan keagungan dan kekuasaan.

Saat ini, pakaian Kanigaran sering digunakan untuk acara pernikahan. Untuk pria, berupa beskap berkerah yang terbuat dari beludru halus dan dihiasi sulaman-sulaman emas di bagian depan dan kedua ujung lengan. Agar tampak mewah dan elegan ditambahkan kesan mengkilap. Sementara, untuk perempuan juga mengenakan warna yang senada dengan pasangannya namun tanpa kerah.

Bagian bawah kanigaran adalah Dodoran atau Kampuh yang berbeda dengan kain jarik biasa. Dibandingkan dengan jarik biasa, dodotan relatif lebih berwarna. Pemakaian Dodot tidak cukup hanya dililitkan di pinggang, namun juga disampirkan di tangan.

Ciri khas dari baju adat Kanigaran adalah penggunaan dari songkok yang memanjang ke atas. Dimana atasan dari baju adat ini terbuat dari bahan kain beludru yang mempunyai warna gelap dengan berbagai macam efek mengkilap, sehingga akan menambahkan kesan lebih elegan. Sedangkan pada bagian bawahnya biasanya akan menggunakan dodotan atau kampuh.

Dodotan biasanya digunakan bukan hanya dililitkan pada pinggang saja, melainkan juga akan disampirkan ke bagian tangan. Pada bagian belakangnya ekor kain akan disisakan dan disampirkan pada lengan.

Editor : Sulhanudin Attar

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network