SUKOHARJO, iNewsSemarang.id – Sebuah karya musik bertajuk “Babad Alas Wanakerta” resmi diperkenalkan ke publik. Menghadirkan perpaduan unik antara musik nasional, tradisi Jawa, dan narasi sejarah tentang cikal bakal lahirnya Kartasura.
Lagu yang diciptakan oleh Yusron Nada dan Dhe Abaz ini digarap dengan aransemen khas pentatonis-diatonis. Vokal dibawakan Anggi Areza, Ana, dan Arif, sementara video klipnya ditangani Wan Ali.
Ide besar karya ini datang dari penggagas budaya, Dr. H. Djuyamto, S.H., M.H., dengan lokasi pengambilan gambar di Karaton Kartasura dan Sanggar Pamor.
Para talent yang terlibat juga berasal dari kalangan seniman terpilih, seperti Ki Tulus Raharjo, S.Sn., Ki Fathan Assegaf Putra, Ki Yanuar, serta Karawitan Kyai Wanakerta yang menguatkan nuansa tradisi dalam karya ini.
Asal Usul Wonokerto dan Inspirasi Lagu
Dhe Abaz menuturkan, Wonokerto bukan sekadar nama. Dalam catatan sejarah, Wonokerto adalah hutan yang kemudian dipilih Amangkurat II untuk dijadikan pusat kerajaan baru, yaitu Kartasura. Dari sinilah kelak berdiri dua kerajaan besar di Jawa, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Awalnya, Bapak Dr. H. Djuyamto punya keinginan besar untuk melestarikan seni budaya daerah. Beliau mendirikan Sanggar Kyai Wonokerto sebagai wadah anak-anak muda sejak dini, agar bisa belajar kesenian sesuai bakatnya dengan bimbingan para maestro,” ungkap Abaz, Minggu (28/9).
Nama Sanggar Kyai Wonokerto dipilih sebagai simbol semangat kebangkitan dari kisah lama Wonokerto. Dari hutan terbengkalai, kemudian menjelma menjadi pusat kejayaan, harapannya kesenian yang hampir dilupakan generasi muda bisa kembali digiatkan melalui sanggar ini.
Proses Kreatif Babad Alas Wanakerta
Menurut Abaz, lahirnya lagu “Babad Alas Wanakerta” juga bermula dari pesan Dr. Djuyamto kepada dirinya dan Yusron Nada. “Beliau paring dhawuh kepada kami untuk membuat lirik lagu yang mengisahkan cerita sejarah itu. Kami kemudian garap lirik dan aransemen di Hexa Studio Kartasura,” jelasnya.
Seniman unggulan pun dipilih sebagai eksekutor. Selain vokalis Anggi Areza, Ana, dan Arif, karya ini juga melibatkan Ki Dalang Tulus dan sejumlah musisi karawitan, sehingga menghasilkan kolaborasi harmonis antara musik modern dan tradisional.
Harmoni Musik Nasional dan Tradisi Jawa
Bagi Yusron Nada, penggabungan musik pentatonis dan diatonis bukan sekadar eksperimen musikal, melainkan jembatan rasa agar generasi masa kini bisa lebih dekat dengan akar budaya. “Musik saya buat pentatonis diatonis, musik nasional saya gabungkan dengan musik tradisional, biar lebih menyentuh karena syairnya berbahasa Jawa,” ujarnya.
Karya “Babad Alas Wanakerta” kini dapat disaksikan di Channel YAG TV. Lebih dari sekadar lagu, karya ini menjadi medium untuk menyapa sejarah, menghidupkan kembali tradisi, dan menginspirasi generasi muda agar tidak kehilangan jati dirinya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait
