Tak hanya dirinya yang merasakan manfaat, Tri juga melihat bagaimana program ini membuka peluang kerja bagi warga sekitar.
“Untuk dapur satu, banyak dari mereka yang dulu pramusaji. Dapur dua malah direkrut dari warga sekitar Karangpakis dan Jepangpakis. Jadi hampir separuh pekerja di sini warga setempat,” jelasnya.
Sementara sisanya berasal dari desa lain yang memang membutuhkan pekerjaan. “Artinya, program ini bukan cuma membantu anak sekolah makan bergizi, tapi juga memberi penghidupan bagi banyak orang,” ujar Tri.
Salah satu karyawan SPPG di Jepangpakis, Nurwati (52), mengatakan, dirinya sangat bersyukur karena bisa bekerja di tempat tersebut. Karyawan bagian packing dapur penyedia makanan MBG itu mengaku, penghasilannya bisa bertambah.
“Awalnya ditawari teman. Alhamdulillah bisa kerja di sini, bisa bantu keluarga buat bayar sekolah dan tambahan belanja,” ujar Nurwati saat ditemui di dapur MBG di Kudus itu.
Nurwati mengaku, bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan yang sekaligus masih memberinya waktu untuk keluarga.
“Saya masuk jam 04.00, pulang jam 12.00. Jadi masih ada waktu buat keluarga,” ujar dia. Menurutnya, suasana kerja di dapur MBG terasa hangat dan kompak.
“Kalau ada teman yang enggak masuk, kita kerjakan bareng-bareng. Enggak berat sih, karena semuanya saling bantu. Rasanya seperti keluarga,” kata Nurwati sambil tersenyum.
Ia menambahkan, semua pekerja disiplin menjaga kebersihan dan higienitas makanan yang diolah.
“Kalau ambil makanan pakai sarung tangan, kuku enggak boleh panjang, terus kalau pilek enggak boleh masuk. Kita juga wajib pakai masker,” jelasnya.
Dengan penghasilan tambahan dari pekerjaan ini, Nurwati mengaku kehidupannya terasa lebih ringan. “Sangat membantu. Apalagi suami saya sudah meninggal, jadi saya kerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan dan sekolah anak,” ucapnya.
Bagi Nurwati, program MBG bukan hanya soal makanan bergizi untuk siswa, tetapi juga bentuk kepedulian sosial terhadap para ibu rumah tangga yang membutuhkan pekerjaan.
“Semoga program MBG ini terus lancar sampai ke depan. Soalnya sangat meringankan ibu-ibu yang nganggur. Semua senang bisa kerja dan bantu keluarga,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, sebelumnya meminta agar SPPG untuk segera mengurus pengajuan penerbitan SLHS. Hal itu sesuai langkah cepat yang diinstruksikan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi.
Dinkes Provinsi melakukan komunikasi intensif dengan dinkes kabupaten/kota, Badan Gizi Nasional, serta koordinator wilayah SPPG di tingkat provinsi hingga kecamatan.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait