Nguri-uri Budaya, Perlawanan Kultural Terhadap Degradasi Nilai Kemanusiaan di Era Modern

Ahmad Antoni
Pertunjukan seni yang sarat makna edukatif dalam peringatan HUT ke-4 Sindhu Laras Bocah. Foto: Istimewa

SEMARANG, iNewsSemarang.id - Sindhu Laras Bocah bersama Teater Lingkar Semarang berkomitmen menjaga dan mewariskan nilai-nilai budaya leluhur kepada generasi muda. Komitmen tersebut ditegaskan dalam peringatan HUT ke-4 Sindhu Laras Bocah yang dihadiri Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen dan Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin, Sabtu (27/12/2025).

Acara diwarnai pertunjukan seni yang sarat makna edukatif. Sindhu Laras Bocah bersama Teater Lingkar Semarang tampil sebagai ruang tumbuh bagi anak-anak dan remaja untuk mengenal kebudayaan Jawa secara langsung, hidup, dan kontekstual. 

Di balik konsistensi gerakan budaya ini, ada sosok Sindhunata Gesit Widiarto, dalang sekaligus Ketua Teater Lingkar Semarang, yang selama ini aktif menghidupkan seni pedalangan dan teater sebagai media pembelajaran nilai kehidupan.

Taj Yasin Maimoen menegaskan, nguri-uri budaya merupakan bagian penting dalam pembangunan karakter generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi.

“Budaya bukan hanya seni tontonan, tetapi sarat tuntunan. Dalam pedalangan dan karawitan terdapat nilai kejujuran, kebijaksanaan, dan kemanusiaan. Inilah pelajaran hidup yang harus terus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini,” tegasnya.

Menurutnya, kemajuan teknologi tidak boleh menggeser peran manusia sebagai penjaga nilai.
“Teknologi harus kita kuasai, bukan sebaliknya. Budaya Jawa justru bisa naik kelas hingga internasional jika dikemas dengan bijak, tanpa kehilangan ruh dan jati dirinya,” ujarnya.

Senada dengan itu, Wawali Semarang Iswar Aminuddin menilai keberadaan Sindhu Laras Bocah dan Teater Lingkar sebagai aset penting kota dalam membangun generasi yang berkarakter.

“Ini bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi pendidikan karakter. Anak-anak belajar menjadi makhluk sosial, menghargai sesama, serta memahami nilai moral melalui seni. Inilah wajah pembangunan manusia yang berbudaya,” jelas Iswar.

Sementara itu, Sindhunata Gesit Widiarto menegaskan bahwa seni pedalangan dan teater bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan bahasa kehidupan yang relevan lintas zaman.

“Wayang, karawitan, dan teater mengajarkan laku hidup. Ada nilai kesabaran, keberanian, dan tanggung jawab di dalamnya. Melalui Sindhu Laras Bocah, kami ingin anak-anak tidak hanya bisa memainkan seni, tetapi juga memahami maknanya,” kata Sindhunata.

Menurutnya, nguri-uri budaya adalah bentuk perlawanan kultural terhadap degradasi nilai kemanusiaan di era modern.

“Kemajuan teknologi jangan sampai mengalahkan manusia. Justru dengan budaya, manusia tetap punya arah, etika, dan rasa. Dari Semarang, kami berharap budaya Jawa bisa terus hidup dan dikenal hingga tingkat internasional,” ujarnya.

Peringatan HUT ke-4 Sindhu Laras Bocah menjadi penanda bahwa pelestarian budaya Jawa bukan sekadar romantisme masa lalu, melainkan gerakan sadar untuk membangun masa depan. 

Ketika seni dijadikan ruang belajar, budaya pun menjelma menjadi pemersatu bangsa dan penopang nilai kehidupan generasi mendatang.
 

Editor : Ahmad Antoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network