Sains Ramadhan: Literasi Pembuktian Al-Qur’an dan Hadits Pada Biologi

Moh. Miftahul Arief
Ilustrasi (foto: pixabay)

Semarang. iNewsSemarang.id - Al-Qur’an bagi umat Islam dipercaya sebagai rahmat dan petunjuk dari Allah SWT supaya selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai sumber rujukan umat Islam dan kitab yang diyakini kebenarannya terdapat petunjuk kehidupan, sumber hukum dan moral serta informasi mengenai pengetahuan alam semesta. 

Makna  isi  Al-Qur’an diyakini mampu membentuk pribadi dan karakter yang baik bagi yang memahaminya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya ”Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Yunus:57).     

Pemahaman terhadap nilai ayat Al-Qur’an akan menyadarkan manusia, bahwa kitab tersebut merupakan pesan langsung dari Allah SWT sebagai tuntunan yang benar agar terhindar dari suatu kerugian, karena dengan memahami maknanya akan diperoleh pelajaran dan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan di dunia dan akherat. 

Nilai pengajaran dalam Al-Qur’an dijelaskan berulang-ulang pada beberapa ayat antara lain dalam surat Al Qomar (54) ayat 17, 22, 32 dan 40 yang artinya “Sesungguhnya telah Kami mudahkan (Alquran) bagi manusia untuk menjadi pelajaran.  Apakah ada orang yang mengambil pelajaran..?”

Penjelasan tersebut ditekankan kembali pada surat Yusuf ayat 111 yang artinya “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman”.

Dijelaskan juga dalam surat An Nahl (16) ayat 13 yang artinya  “Dan apa-apa yang Dia (Allah) ciptakan di bumi ini berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda bagi kaum yang mengambil pelajaran”.

Kandungan nilai Al-Qur’an dapat menjadi pedoman, sumber dan dasar literasi  sehingga dapat digali unsur-unsur pengajaran yang dijamin kebenarannya . Perumpamaan nilai sains dalam Al-Qur’an merupakan  konsep Islamisasi of Science, yang diubah ke dalam nilai-nilai Islam. 

Hal ini membuktikan adanya hubungan antara sains dan agama dengan kata lain, Al-Qur’an dapat menjadi literasi masyarakat muslim dalam bidang sains. Proses ilmu pengetahuan dalam Islam berdasar hukum naqli berupa ayat-ayat kauliyah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis yang dijamin kebenarannya, berupa tuntunan, arahan yang mampu membentuk jiwa religius dan karakter dalam kehidupan sehari hari. 

Hukum  aqli bersumber dari penalaran dan kreativitas melalui proses metode ilmiah yang dibuktikan kebenarannya melalui fakta dan data yang diorganisasikan untuk menjawab hipotesis serta menanamkan sikap ilmiah.   

Semua ilmu merupakan satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah SWT melalui wahyu baik secara langsung maupun tidak langsung bertujuan mencari kebenaran. Dengan kebenaran mengantarkan pengkajinya semakin mengenal dan semakin dekat pada Allah SWT sebagai Al Alim (Yang Maha Tahu). Kedua corak ilmu diikat dalam satu kesatuan oleh wahyu yang berwujud kitab Al-Qur’an dan Hadis.

Literasi Al-Qur'an dan Ilmu Biologi

Pembiasaan literasi Al-Qur’an dan Hadis dalam menelisik konsep biologi belum sering dilakukan, sehingga terkesan Al-Quran dan Hadis terlepas dengan konsep biologi. Pemikiran ini salah besar, jika kita runtut secara seksama justru sumber utama konsep biologi adalah Al-Quran dan Hadis. 

Berikut beberapa konsep biologi Al-Quran dan Hadis:

- Pewarisan sifat

Sebelum Mendel menyatakan tentang pewarisan sifat, Rasulullah Muhammad Saw, sudah mengenalkan pewarisan sifat tersebut pada sahabatnya, sebagaimana dalam hadits yang artinya:  “Wahai Rasulullah, istriku melahirkan anak berkulit putih, sedangkan aku dan istriku berkulit putih. Rasulullah Saw balik bertanya; Apakah kamu memiliki unta?, ya Rasulullah. Apa warna rambut untamu? Sahabat menjawab, putih kemerah merahan. Rasulullah balik bertanya; Apakah ada warna rambut untamu hitam ke abu-abuan?, ya Rasulullah, jawab sahabat. Rasulullah Saw balik bertanya; dari mana menurutmu warna rambut unta itu?  Sahabat menjawab: dulu induknya ada yang berwarna seperti itu. Maka Rasulullah menjawab: Begitu juga warna kulit anakmu, menuruni warna kulit nenek moyangnya.”

Konsep pewarisan sifat ini dapat menjadi iterasi bagaimana pewarisan sifat makhluk hidup berasal dari induk asalnya. Dalam konsep genetika mengapa sampai Allah membuat larangan bagi umatnya agar tidak muncul keturunan yang kurang baik yaitu munculnya gen autosomal resesif (merupakan penyakit yang bersifat genetik dan diwariskan melalui kromosom autosom dengan gen bersifat resesif).

Hal ini sesuai dengan ayat Al-Quran yang artinya “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS: An-Nisa ayat 23). 

- Klasifikasi hewan

Carolus Linnaeus dikenal sebagai Bapak Taksonomi Modern, namun konsep klasifikasi hewan sudah tertera dalam ayat Al-Quran yang artinya: “Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.  (Q.S. An-Nur: 45).

- Embriologi

Al-Qur’an juga menceritakan intisari embriologi, bagaimana perkembangan sejak proses pembentukan gamet sampai terbentuknya organ. Konsep ini telah jauh sebelum Karl Ernst von Baer dan Heinz Christian Pander (1827) mengajukan teori tentang embriologi.

Ayat Al-Qur’an tersebut artinya “dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mukminun: 12-14).  

- Postur Nabi Adam

Dalam Al-Qur’an diceritakan tentang postur tinggi manusia pertama di bumi yaitu nabi Adam, ayat tersebut artinya  “Allah telah menjadikan Adam dengan ketinggian 60 hasta kemudian (Allah) berfirman: Pergilah dan memberi salamlah kepada para malaikat itu, dan dengarkanlah mereka memberi hormat kepada engkau. Itulah kehormatan engkau dan keturunan engkau, lalu (Adam) mengucapkan: Assalamu ‘alaikum, maka (para malaikat) mengucapkan assalamu alaika wa rahmatullah, (para malaikat) menambahkan: warahmatullah, maka setiap orang yang masuk surga serupa dengan Adam (dalam hal perawakan/postur dan gambaran), dan manusia itu senantiasa bertambah kecil sampai sekarang”. (HR Bukhari & Muslim). 

Hal ini diperkuat dengan penelitian biologist dari Hebrew University, Dr. Shlomi Lesser, dalam jurnal yang berjudul Ha-Mada Ha-Yisraeli B’Angleet V’Ivreet, Dr. Shlomi menyatakan, jika tinggi manusia rata-rata seperti saat ini, maka tinggi leluhur manusia dahulu seharusnya 90 kaki atau 27 meter. Hal itu terjadi karena manusia mengalami penyusutan ukuran badan yang disebut dengan genetic bottleneck. Kajian ini memperkuat bahwa manusia berasal dari manusia bukan berasal dari kera, proses evolusi menjadikan ukuran manusia menyusut hingga sekarang.

- Konsep biopori

Konsep biopori (sumur resapan) merupakan langkah bagaimana agar air dapat meresap dalam tanah, sehingga mampu sebagai sumber air nantinya. Konsep ini sudah dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam menghasilkan sumber air. Dalam Hadis Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa menggali sumur maka ia berhak 40 hasta sebagai kandang ternaknya." (HR. Ibnu Majah). 

Pada hadis tersebut Rasulullah Saw menjanjikan hadiah khusus bagi siapa saja yang berupaya dan mengusahakan adanya air dengan menggali sumur, maka ia berhak atas sebidang tanah. Karena sumur merupakan sumber air dan kehidupan manusia.

Beberapa literasi tersebut diatas merupakan sebagian kecil ayat Al-Qur’an  dan Hadis sebagai sumber konsep biologi. Makna nilai yang dapat kita tanamkan berupa larangan (tarhib),  janji (targhib) yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu yang maslahat. 

Selain itu juga memiliki makna amtsal (perumpamaan), hiwar (dialog) serta ibrah (memperjelas) serta keteladanan (uswah). Nilai-nilai tersebut dapat menjadikan penanaman karakter mulia bagi yang mempelajarinya. Semoga kita selaku umat Islam mampu dengan bijak menjadikan Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama dalam mengkaji konsep-konsep biologi.

 
Penulis: Listiono, Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) UIN Walisongo Semarang.

Editor : Miftahul Arief

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network