Penulis: Hj. Nadhifah, M.SI *
SEMARANG. iNewsSemarang.id - Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril alaihissalam, berfungsi sebagai petunjuk (Hudan) bagi umat manusia yang membacanya dihitung ibadah dan memperoleh pahala.
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu pilihan Allah SWT yang sangat tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca yang dapat menandingi Al-Qur’an al-karim, bacaan yang sempurna dan mulia.
Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi.
Mengutip yang disampaikan Prof. Quraish Shihab, Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa tiada bacaan sebanyak kosa kata Al-Qur’an yang berjumlah 77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan) kata dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya baik antara kata dengan padanannya maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh, kata hayat terulang sebanyak antonimnya yaitu maut masing-masing 145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat terulang 88 kali sebanyak kata setan; thuma’ninah ( ketenangan ) terulang 13 kali sebanyak kata dhiyq ( kecemasan); panas berulang 4 kali sebanyak kata dingin.
Dalam QS Al-Syura (42):17 Allah berfirman :
اَللّٰهُ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ وَالْمِيْزَانَ ۗ
Artinya : “Allah menurunkan kitab Al-Qur’an dengan penuh kebenaran dan keseimbangan“
Wahyu yang pertama kali turun menurut jumhur ulama adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, disitu ada perintah iqra’ yaitu membaca atau menghimpun. Sehingga kata iqra’ ini tidak selalu harus diartikan membaca teks tertulis dengan aksara tertentu akan tetapi dari menghimpun ini lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik tertulis maupun tidak.
Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, bacalah sejarah, diri sendiri yang tertulis dan tidak tertulis. Adapun pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali mengulangi bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas yang maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulangi bacaan Bismi Rabbika ( demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang di baca adalah hal yang sama.
Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia. “Membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi serta syarat utama membangun peradaban”.
Rasulullah SAW bersabda : “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pemilik ( pembaca) nya.” (HR.Ahmad).
Al-Qur’an tidak hanya berpahala jika kita baca akan tetapi ia juga akan memberikan syafa’at kepada pembacanya. Bahkan di hadits lain juga di sampaikan bahwa :'' Barangsiapa yang membaca surat tabarok / al Mulk tiap malam maka Allah SWT akan menjaganya dari siksa kubur.” Hal ini menunjukkan bahwa ayat Al-Qur’an yang kita baca akan memberikan pertolongan bagi kita.
Kata ‘Abdullah Ibn Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda : “ Siapa saja yang membaca satu huruf dari kitabullah ( Al-Qur’an ), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatgandakan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf, “ ( HR. At-Tirmidzi).
Menurut Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, keutamaan yang diungkap hadits diatas diperuntukkan kepada orang yang membacanya diluar shalat walaupun tidak dalam keadaan suci. Sementara keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an dalam shalat dan dilakukan dengan berdiri maka balasannya adalah 100 kebaikan. Kemudian jika dibaca pada saat duduk shalat, balasannya adalah 50 kebaikan. Adapun dibaca diluar shalat dan dalam keadaan suci , balasannya adalah 25 kebaikan. Sungguh Allah Maha Kuasa melipatkan balasan atas kebaikan hamba-Nya.
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa orang yang sibuk membaca Al-Qur’an dan tak sempat membaca dzikir yang lain akan diberi balasan terbaik melebihi balasan mereka yang meminta, sebagaimana riwayat Abu Sa’id dari Rasulullah SAW bahwa Allah berfirman : Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak sempat berdzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah keutamaan Al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya”. ( HR. Al Baihaqi)
Dari Utsman bin Affan ra, Rasulullah SAW bersabda : Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” ( HR. Tirmidzi). Dengan demikian Orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya merupakan sebaik-baik manusia. Karena dengan mempelajari Al-Qur’an maka kita akan mendapatkan pencerahan petunjuk yang terkandung di dalamnya. Yang selanjutnya bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari dan kita ajarkan kepada orang lain.
Banyak keutamaan yang didapatkan dari membaca Al-Qur’an bahkan dalam hadits juga disampaikan ada 4 golongan yang dirindukan syurga yaitu :
1. Orang yang membaca Al-Qur’an.
Golongan pertama adalah orang-orang yang lisannya senantiasa digunakan untuk membaca kalam Allah SWT setiap waktu dan kesempatan yang ada. Bahkan saat lapang maupun sempit. Selain dirindukan syurga orang yang rajin membaca Al-Qur’an hatinya akan menjadi tenang.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 sebagai berikut:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya ; “ ( yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.
2. Orang yang menjaga lisannya.
Golongan yang kedua ini adalah orang yang selalu menjaga lisannya dari berkata kotor, mencaci maki dan menghujat.
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menghormati tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Orang yang memberi makan orang lapar
Golongan ketiga ini adalah orang yang senantiasa membantu orang yang membutuhkan. Allah SWT akan membalas kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Bahkan kelak di akhirat Allah akan memberikan makan dari buah-buahan surga.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi , Rasulullah bersabda yang artinya : “Siapapun mukmin yang memberikan makan mukmin yang kelaparan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya buah-buahan syurga. Siapapun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman syurga. Siapapun mukmin yang memberikan pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan syurga. “ ( HR. Tirmidzi).
4. Orang yang puasa di bulan Ramadlan.
Golongan keempat adalah orang yang senantiasa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kehadiran mereka dirindukan oleh surga. Allah telah menyediakan pintu syurga bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berasal dari Sahl ra. Rasulullah bersabda :
Artinya : Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak diperbolehkan seorangpun memasukinya kecuali mereka. Lalu dikatakan , “ Dimana orang-orang yang berpuasa? Merekapun bangkit, tidak ada seorangpun yang masuk kecuali mereka. Ketika mereka telah masuk , (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk HR. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah keutamaan, manfaat dan hikmah membaca Al-Qur’an yang sarat dengan berbagai macam cahaya dan kemuliaan yang didapatkan, semoga kita termasuk orang-orang yang cinta membaca Al-Qur’an dengan kemuliaan yang menyertainya.
Mari kita budayakan cinta tilawah Al-Qur'an, baik di luar Ramadhan lebih-lebih di bulan suci Ramadhan ini. Kita tingkatkan kualitas membaca, kualitas memahami, kualitas menghayati dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Allahummarhamna bil Qur'an.
* Dosen Studi Al-Qur'an Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang / Ketua Fatayat NU Semarang Tengah, pengurus PCFNU Kota Semarang, pengurus MTP IPHI Jateng.
Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait