Penulis: Dr. Hamdan Hadi Kusuma, M.Sc*
SEMARANG. iNewsSemarang.id - Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT sebagai sumber dan rujukan utama ilmu pengetahuan di semesta raya. Al-Qur’an, kitab suci yang berisikan ayat-ayat tanzīliyah, mempunyai fungsi petunjuk bagi seluruh umat manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, maupun alam raya. Dengan begitu, yang dipaparkan Al-Qur’an tidak hanya masalah-masalah kepercayaan (akidah), hukum, ataupun pesan-pesan moral, tetapi juga di dalamnya terdapat petunjuk memahami rahasia-rahasia alam raya.
Albert Einstein mengatakan bahwa, “science without religion is blind, and religion without science is lame” (ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh). Iman hanya akan bertambah dan menguat jika disertai ilmu pengetahuan.
Allah SWT menciptakan jagat raya beserta isinya demikian sempurna, lengkap, dan teratur. Ciptaan-Nya meliputi segala wujud dan ukuran, dari partikel terkecil di bawah atom hingga sekumpulan galaksi yang tidak terlukiskan, dari yang tampak sampai yang belum dan/atau yang tidak terlihat. Al-Qur’an lewat “dialognya” mengajak dan memandu manusia untuk menyelidiki alam ciptaan-Nya, mengungkap rahasia dan keajaibannya.
Manusia dengan kemampuan sains dan teknologinya dituntut untuk melakukan observasi guna menyibak hukum-hukum alam (sunnatullah), yang menjadi dasar yang memungkinkan manusia memanfaatkan isi alam semesta ini sesuai petunjuk dan ridha-Nya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an mendahului sains modern sekaligus sebagai bukti mukjizat Al-Qur’an di masa kemajuan teknologi yang tidak sedikitpun mengandung kesalahan.
Berikut merupakan fakta-fakta ilmiah sains dalam Al-Qurán.
1. Gunung-Gunung sebagai Pasak Bumi
Menurut penelitian para ahli geologi bahwa Bumi memiliki ketebalan sekitar 3.750 mil dari inti Bumi hingga permukaan Bumi, sehingga bagian kerak Bumi hanya memiliki ketebalan sekitar 1-30 mil. Dengan struktur tersebut, kerak bumi akan mengalami pergerakan yang dapat menimbulkan getaran atau guncangan yang secara ilmiah disebut pelipatan kerak bumi. Ilmu pengetahuan sains menemukan bahwa jalur pegunungan yang terbentuk dari fenomena lipatan berperan penting untuk menjaga stabilitas kerak bumi dari goncangan.
Temuan teori sains ini ditemukan oleh Antonio Snider pada tahun 1858 M (1226 tahun setelah Rasulullah wafat (632M)) yang menyatakan bahwa “Pada bagian benua yang lebih tebal seperti pada jalur pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan Magma”
Temuan ilmiah ini telah dijelaskan dalam Al-Quran, dalam surah Al-Anbiya ayat 31”,
"Dan telah Kami jadikan di Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di Bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk," (Al-Anbiya: 31).
Dalam ayat lainnya, Allah berfirman, "Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?," (An-Naba’ : 6-7). Serta dalam surah An-Nahl Ayat 15 yang artinya "Dan Dia menancapkan gunung-gunung di Bumi supaya Bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,".
2. Adanya perisai yang melindungi bumi dari radiasi
Sabuk radiasi Van Allen merupakan dua sabuk partikel bermuatan di sekitar planet Bumi yang ditahan di tempatnya oleh medan magnet Bumi. Sabuk Van Allen eksis karena terdapat “blind spot” di medan magnet Bumi yang disebabkan oleh kompresi dan peregangan dari angin matahari. Sabuk radiasi Van Allen berada pada ketinggian 1000 sampai 60.000 kilometer di atas permukaan Bumi. Medan magnet Bumi berfungsi sebagai cermin magnetik yang memantulkan partikel bermuatan bolak-balik sepanjang garis gaya yang merentang antara Kutub Magnetik Utara dan Selatan.
Adanya perisai “Van Allen Radiation Belt” ditemukan oleh Dr. James Van Allen pada Tahun 1958 M (1326 tahun setelah Rasulullah wafat (632 M)) yang menyatakan bahwa perisai ini mengandung dua jalur yang menahan serangan radiasi dari matahari dan gas berbahaya di angkasa sampai ke bumi. Temuan ilmiah ini telah dijelaskan dalam Al-Qurán surah Al-Anbiya Ayat 32 yang artinya “Dan Kami menjadikan langit sebagai atap (bumbung) yang terpelihara dan terkontrol, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain).
3. Adanya Gelombang (Ombak) dibawah permukaan laut
Adanya ombak dibawah permukaan laut ini disebabkan oleh banyak sebab, yaitu perbedaan suhu, kerapatan dan kadar garam antara dua jenis air laut, gaya Tarik gravitasi antara gravitasi bumi dan gravitasi bulan, bentuk permukaan dasar laut yang tidak rata, dan Cuaca.
Temuan ilmiah ini telah dijelaskan dalam Al-Qurán surah An-Nur ayat 40 yang artinya “Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.
4. DNA sebagai pebawa informasi genetik
Dioxyribo Nucleic Acid (DNA) atau Asam Deoksiribo Nukleat adalah senyawa kimia berupa polimer asam nukleat yang tersusun secara sistematis dan merupakan pembawa informasi genetik yang diturunkan kepada makhluk keturunannya. Dengan DNA dapat memberikan jawaban kepada kita tentang siapa ibu bapak genetik kita. Hasil dari DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, air liur, hingga rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka. Pengidentifikasian ini biasanya disebut dengan fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA.
DNA mengandung hydrogen, oksigen, nitrogen, karbon dan fosforus. DNA ditemukan pada tahun 1869 M oleh dokter muda yang bernama Friedrich Miescher yang percaya bahwa rahasia kehidupan dapat diungkap melalui penelitian kimia pada sel-sel makhluk hidup, kemudian diteliti lagi oleh William Astbury (1937 M) serta James D Watson & Francis Crick (1953 M). Temuan ini 1237 tahun setelah Rasulullah wafat (632 M).
Temuan ilmiah ini telah dijelaskan dalam Al-Qurán surah Al Furqan ayat 54 yang artinya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
5. Proses terjadinya hujan
Hujan bukanlah fenomena asing, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Proses terjadinya hujan melalui beberapa tahap yaitu adanya proses evaporasi, dimana air yang berada di bumi (laut, danau, sungai serta badan air lainnya) menguap karena panas matahari lalu menghasilkan uap-uap air. Uap-uap air terangkat ke udara dan mengalami proses kondensasi. Dalam proses kondensasi, uap-uap air berubah menjadi embun yang diakibatkan oleh suhu di sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun air. Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin banyak dan memadat lalu membentuk menjadi awan. Angin menggerakan awan yang membawa butir-butir air menuju tempat dengan suhu yang lebih rendah. Awan-awan yang terkumpul bergabung menjadi awan besar yang berwarna kelabu (proses ini dinamakan koalesensi). Butiran-butiran air jatuh ke bumi turunlah hujan.
Teori proses terjadinya hujan ini ditemukan pada tahun 1580-an masehi oleh Bernard Palissay (868 tahun setelah Rasulullah wafat (632M)). Temuan teori ini telah dijelaskan dalam Al-Qurán pada Surah Al-Rum ayat 48 yang artinya “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”.
Masih banyak temuan-temuan ilmiah yang perlu kita kaji di dalam Al-Qur,an. Al-Qurán mengandung informasi yang baru terungkap kebenarannya setelah berabad-abad seiring dengan kemajuan teknologi. Al-Qur’an sebagai basis ilmu sains, fenomena-fenomena alam yang terjadi tentu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an baik secarat jelas dan tersirat. Manusia sebagai makhluk Allah harus menggunakan akal pikirannya untuk selalu bertafakur terhadap alam semesta sebagai ciptaan Allah. Sains adalah upaya memahami perilaku alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang logis. Sains telah banyak menguak tabir-tabir misteri di alam ini.
Wallahu a'lam.
*Penulis adalah Dosen Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait