get app
inews
Aa Read Next : Baim Wong Dampingi Crazy Rich Joko Suranto Resmikan Taman Senilai Rp1 Miliar di Grobogan

5 Crazy Rich Ini Pengusaha Mie Instan, Nomor 1 Punya Harta Rp126,30 Triliun

Sabtu, 02 Juli 2022 | 22:18 WIB
header img
Mie instan yang merupakan bagian dari barang konsumsi menjadi sumber kekayaan para miliarder Indonesia. (Ist)

4. Djajadi Djaja

Djajadi Djaja, merupakan pengusaha Tanah Air yang menjadikan mie instan sebagai salah satu mesin uangnya. Lahir pada tahun 1941, Ia mengawali kariernya pada tahun 1959 sebagai wiraswasta, kemudian menjadi salah satu pendiri FA Djangkar Djati pada tahun 1964.

Banyak yang belum mengetahui bila Indomie bukanlah produk asli buatan Grup Salim. Awal kemunculan Indomie diprakarsai oleh 4 orang China asal Medan, lewat perusahaan Sanmaru Food Manufacturing Co Ltd yang didirikan pada April 1970. Mereka adalah Djajadi Djaja Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma.

Djajadi Djaja bersama rekan-rekan kemudian memperkenalkan Indomie (singkatan dari "Indonesia Mie") ke publik pada tahun 1972. Indomie merupakan produk mie instan kedua yang muncul di Indonesia setelah Supermi.

Meski demikian, Sanmaru Food Manufacturing bukanlah satu-satunya lini bisnis dari empat serangkai ini. Kelompok usaha asal tanah Batak tersebut mulanya membuat firma yang bernama Jangkar Jati Group di tahun 1954. Firma ini bergerak di bidang penyaluran barang.

Selain memasarkan produknya dalam negeri, pada 1982-1983 Sanmaru juga mulai melakukan ekspor ke Brunei, Malaysia, Singapura, benua Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1982, kerajaan bisnis Salim Group memasuki bisnis mie instan dengan brand Sarimi. Mengingat pada saat itu posisi Salim yang kuat dengan menguasi perdagangan terigu bersama Bogasari, Salim menginginkan merek Indomie yang populer itu agar berpindah kepadanya. Hingga akhirnya pemasaran yang agresif dari Sarimi membuat Djajadi melunak dengan tawaran dari Salim.

 Pada tahun 1984, mereka sepakat untuk membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation. Djajadi (dan rekan-rekannya) mendapat 57,5% dan Salim 42,5%. Kemudian saham Djajadi (dan rekan-rekannya) di PT Indofood Interna seluruhnya menjadi kekuasaan Salim.

Setelahnya Djajadi lebih memilih untuk melanjutkan bisnis pabrik mie instan baru yang sudah dirintisnya sejak Mei 1993 yaitu PT Jakarana Tama sampai sekarang. Pabrik tersebut memproduksi mie dengan merek Gaga.

PT. Jakarana Tama didirikan pada tanggal 20 Juni 1980 dengan lini bisnis utama perusahaan adalah memproduksi produk mie instan, makanan kalengan, sosis siap makan dan bumbu penyedap.

Menyadari pentingnya diversifikasi bisnis dan produk, perusahaan telah menginvestasikan merek “GaGa” dalam portofolionya.

Perusahaan juga memiliki beberapa merek lain, seperti, “100”, “1000”, Mie Gepeng, Mie Telor A1, Otak-otak, Sosis Loncat. Merek-merek ini melayani beberapa segmen pasar dan konsumen yang berbeda.

Sejalan dengan semakin banyaknya variasi produk, perusahaan telah memperluas distribusinya yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia.

Dalam perjalanan karirnya, Djajadi pernah menjabat sebagai Direktur PT. Sanmaru Food Manufacturing pada tahun 1971 sampai 1978. Menjabat sebagai Direktur Utama PT. Djangkar Djati pada tahun 1978 hingga 1984. Kemudian menjabat sebagai Komisaris PT. Slat Indah Mekar pada tahun 1981 sampai 1991, Komisaris PT. Cometstar Elektrindo pada tahun 1984 sampai 1991 dan sejak 1991 menjadi Presiden Komisaris Perusahaan, dan juga menjadi Presiden Komisaris PT. Jakarana Tama pada tahun 1991 sampai 2006. Sejak 2006, Ia menjadi Komisaris PT. Jakarana Tama. Serta sejak 1991 menjadi Presiden Komisaris Perusahaan.

Editor : Sulhanudin Attar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut