Pada tahun 1998, tepat setelah Suharto jatuh dari kekuasaan, Salims kehilangan Bank Central Asia (BCA). Keluarga Hartono, yang sekarang menjadi keluarga terkaya, menguasainya bertahun-tahun kemudian.
Mie instan menjadi salah satu sumber kekayaan Anthoni Salim. Produsen mie instan terbesar di Indonesia yakni Indofood merupakan anak perusahaan milik PT Salim Group yang saat ini di bawah kendali oleh Anthoni Salim.
Selain mengedarkan produknya di dalam negeri, juga memiliki brand yang cukup mendunia. Produk-produknya meliputi Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie (dominan), Intermi, Sakura dan Vitami (terbatas). Ada juga produk lama seperti Top Mie, Super Cup, Nikimiku, Aseli Mi, Mi Peduli, Mie Ummah, Mie Sayaaap, Mie Semar, Pop Bihun, Anakmas Mi Sukiyaki, Miqu, dan masih banyak lagi.
Mereka memiliki pabrik produksi mie instan berjumlah 60 di Indonesia dan 20 lebih tersebar di wilayah Afrika, Timur Tengah, Eropa Tenggara. Pencapaian ini menjadikan PT Salim Group sebagai produsen mie instan terbesar di dunia.
Langkah Salim Group menjadi raksasa mie instan dimulai dari kelangkaan beras pada tahun 1970-an menurut Richard Borsuk dan Nancy Chang dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto. Salim Group lalu mendirikan PT Sarimi Asli Raya yang mulai memproduksi Sarimi pada awal 1980-an.
Produk mie instan Sarimi menjadi pendatang baru dan bersaing dengan Supermie dan Indomie saat itu yang lebih dulu hadir. Singkat cerita, kemudian Sarimi dalam setahun menguasai 40% pasar dengan harga yang lebih terjangkau.
Keperkasaan Salim Group kemudian melahirkan perkawinan antara Indomie dan Sarimi, yang pada akhirnya perusahaan patungan itu juga mencaplok brand terkenal lain, Supermi pada 1986. Hingga dalam perjalannya PT Indofood Interna dikuasai Salim Group hingga mendominasi pasar mie instan dengan 3 merek, terutama Indomie yang paling dikenal masyarakat.
Editor : Sulhanudin Attar