MALANG, iNewsSemarang.id – Kesedihan mendalam masih dirasakan oleh Mufid. Warga Jalan Sadewo, Kelurahan Polehan, Blimbing Kota Malang itu harus kehilanga anak tercinta, Lutfia (20 tahun). Lutfia menjadi satu di antara ratusan korban tragedi Kanjuruhan.
Tidak ada firasat apapun yang yang ada di benak Mufid, anaknya bakal meregang nyawa. Padahal Lutfia selama ini tidak pernah menyaksikan pertandingan Arema FC. Tapi ketika Singo Edan akan bertemu Persebaya, anaknya ngebet nonton.
Mufid menceritakan, malam sebelum tragedi itu istrinya sebenarnya sudah melarang Lutfia untuk berangkat menonton bola.
“Sempat pamitan sama ibunya Sabtu malam habis maghrib. Dia mohon-mohon ke ibunya kali ini saja nonton, habis itu nggak nonton lagi janjinya, sempat minta uang juga untuk beli tiket pertandingan,” ucapnya.
Rupanya, itu menjadi pertemuan terakhir Lutfia dengan kedua orang tuanya. Lutfia diketahui sudah meninggal dunia. Jasadnya terbujur kaku di RSUD.
Lutfia sendiri dapat ditemukan setelah salah satu teman kakak Lutfia, yang juga berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Malang mencari keberadaannya di rumah. Namun karena tak juga pulang hingga Minggu pagi, temannya itu lantas mengajak kakak Lutfia mencari keberadaannya.
"Jadi waktu itu anak pertama saya mau takziah ke tempat teman, dicari nggak ketemu. Nanya temannya, adik saya nggak pulang juga, akhirnya balik nyari anak saya. Tahu info dari teman anak di RSUD Kanjuruhan, Minggu paginya," tutur Mufid.
Saat ditemukan Lutfia dalam kondisi mengalami luka lebam di pelipis kanan, hidung keluar darah mimisan, pantat ditemukan lebam dan darah kotor. Tak ada penjelasan detail dari pihak tim medis, pihak keluarga hanya diberi surat keterangan meninggal dunia tanpa ada penyebab apapun.
"Memang ada surat, surat itu dari RSUD. Tidak ada keterangan lebih jelas hanya nama dan meninggal," katanya.
Editor : Maulana Salman