get app
inews
Aa Read Next : Geger, Bocah Perempuan di Semarang Tewas Diduga Jadi Korban Kekerasan Seksual

Kehilangan Gadis Penurut di Tragedi Kanjuruhan, Orang Tua: Saya Nggak Terima dengan Minta Maaf!

Selasa, 04 Oktober 2022 | 20:03 WIB
header img
Mufid menunjukkan foto Lutfia, anaknya yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam lalu. Foto : Avirista Midaada/MPI

MALANG, iNewsSemarang.id – Kesedihan mendalam masih dirasakan oleh Mufid. Warga Jalan Sadewo, Kelurahan Polehan, Blimbing Kota Malang itu harus kehilanga anak tercinta, Lutfia (20 tahun). Lutfia menjadi satu di antara ratusan korban tragedi Kanjuruhan.

Tidak ada firasat apapun yang yang ada di benak Mufid, anaknya bakal meregang nyawa. Padahal  Lutfia selama ini tidak pernah menyaksikan pertandingan Arema FC. Tapi ketika Singo Edan akan bertemu Persebaya, anaknya ngebet nonton.

Mufid menceritakan, malam sebelum tragedi itu istrinya sebenarnya sudah melarang Lutfia untuk berangkat menonton bola.

“Sempat pamitan sama ibunya Sabtu malam habis maghrib. Dia mohon-mohon ke ibunya kali ini saja nonton, habis itu nggak nonton lagi janjinya, sempat minta uang juga untuk beli tiket pertandingan,” ucapnya.

Rupanya, itu menjadi pertemuan terakhir Lutfia dengan kedua orang tuanya. Lutfia diketahui sudah meninggal dunia. Jasadnya terbujur kaku di RSUD.

Lutfia sendiri dapat ditemukan setelah salah satu teman kakak Lutfia, yang juga berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Malang mencari keberadaannya di rumah. Namun karena tak juga pulang hingga Minggu pagi, temannya itu lantas mengajak kakak Lutfia mencari keberadaannya.

"Jadi waktu itu anak pertama saya mau takziah ke tempat teman, dicari nggak ketemu. Nanya temannya, adik saya nggak pulang juga, akhirnya balik nyari anak saya. Tahu info dari teman anak di RSUD Kanjuruhan, Minggu paginya," tutur Mufid.

Saat ditemukan Lutfia dalam kondisi mengalami luka lebam di pelipis kanan, hidung keluar darah mimisan, pantat ditemukan lebam dan darah kotor. Tak ada penjelasan detail dari pihak tim medis, pihak keluarga hanya diberi surat keterangan meninggal dunia tanpa ada penyebab apapun.

"Memang ada surat, surat itu dari RSUD. Tidak ada keterangan lebih jelas hanya nama dan meninggal," katanya.

Lutfia menjadi satu di antara 125 korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan. Dia tewas bersama seorang teman perempuan yang bersama-sama menonton laga Arema Fc vs Persebaya Surabaya. Keduanya berangkat menonton mengendarai kendaraan roda dua.

Di mata Mufid, Lutfia adalah sosok anak yang baik. Dia pun tidak pernah berani sama orang tua.

"Baik anaknya, nggak pernah bantah orang tua, sekolah juga nggak pernah bolos, selalu bantuin ibunya jualan di pasar. Kemarin itu nyuruh jangan jualan dulu, mau lihat Arema, penurut anaknya,”kenang Mufid.

Namun tak menyangka bila kalimat permohonan menonton terakhir Arema FC ternyata menjadi pertanda Lutfia pergi selama-lamanya. Dia pun mengecam aksi aparat keamanan yang menyemprotkan gas air mata ke arah yang membuat ribuan penonton tidak aman.

"Anak saya dari sini berangkat sehat senang, pulang tinggal nama, sudah beli karcis, sudah betul-betul resmi. Seharusnya aparat punya tanggung jawab penuh sama suporter yang sudah punya tiket," tuturnya.

“Seharusnya kalau punya tiket bisa nonton dengan aman. Fungsinya tiket itu mau nonton aman, dia suporter legal, saya nggak terima. Saya nggak terima dengan minta maaf, saya tetap nggak terima,” katanya.

Saat mendapat kabar anaknya meninggal dunia, Mufid tengah bekerja sebagai tukang bangunan di Surabaya. Begitu menerima informasi dari istri pada Minggu (2/10/2022) pukul 11.00 WIB ia jatuh pingsan dari tempatnya bekerja. Mufid baru sadar setibanya di rumahnya dan tampak terkejut.

Ia masib belum percaya anaknya menjadi korban tewas di Stadion Kanjuruhan Malang. Pasalnya Lutfia selama 20 tahun tak pernah melihat pertandingan Arema FC secara langsung dan bahkan tidak begitu suka sepakbola.

“Percaya nggak percaya, anak saya nggak pernah suka sepakbola. Nggak pernah kepikiran segitu, dia baru pertama kali nonton. Makanya minta izin ibunya untuk lihat, padahal sudah dilarang tapi mohon-mohon," ujarnya.

Editor : Maulana Salman

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut