Pak Harto harus menginap di wilayah Jawa Timur untuk melengkapi ritual yang berhubungan dengan Topeng Majapahit. Namun, ia hanya bisa melakukannya jika sudah memastikan di mana lokasi Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang melegenda itu berada.
Sebelumnya di tahun 1967, Soedjono Hoemardhani, orang kepercayaan Soeharto yang juga bergelar Menteri Urusan Mistis, pernah ke Pura Penopengan, Bali untuk meminjam Topeng Gajah Mada.
Topeng Gajah Mada adalah milik Aria Rohaya, panglima perang Gajah Mada yang menaklukkan Bali. Selama 600 tahun, keturunannyalah yang bertugas menjaga topeng tersebut. Pada saat topeng dipinjamkan kepada Soeharto, penjaganya bernama I Gusti Ngurah Mantra.
Kisah ini juga sempat tercatat dalam buku yang ditulis oleh Khoon Choey Lee, mantan Dubes Singapura untuk Indonesia tahun 1970, yang berjudul, A Fragile Nation: Indonesian Crisis (1999). Dalam buku tersebut, Khoon mengisahkan tentang kejadian spiritual pada tahun 1967 tersebut.
Ketika I Gusti Ngurah Mantra membuka kotak berisi topeng Gajah Mada, konon badai menerjang seluruh pulau Bali. Menurut Gusti, kejadian tersebut berhubungan dengan kekuatan supranatural topeng tersebut, dan itu adalah pertanda bagus.
Meskipun proses peminjaman topeng tersebut juga membawa korban. Menurut Khoon, Soedjono bercerita kepadanya bahwa pengawal yang membawa topeng tersebut ke Jakarta tiba-tiba meninggal karena serangan jantung.
Topeng tersebut berada di Istana Negara selama seribu hari. Setiap malam doa khusus dipanjatkan. Sang pembaca doa duduk berhadapan dengan topeng yang terpajang. Tujuannya untuk memberkati Soeharto. Demikian penjelasan Khoon pada bukunya Hal senada juga tertulis pada buku karangan Arwan Tuti Artha: Dunia Spiritual Soeharto.
Kekuatan supranatural topeng tersebut diharapkan dapat memberikan energi magis terkait penyatuan Nusantara yang dilakukan oleh Gajah Mada. Topeng Gajah Mada kini dikeramatkan di Puri Ageng Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Hingga kini keberadaannya sangat disakralkan. (mg arif)
Editor : Maulana Salman