Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seiring bulan suci Ramadhan terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Ramadhan. Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas? Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-bulan setelah Ramadhan?
Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Allah sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terlebih memasuki bulan Syawal yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah pasca-Ramadhan. Hal ini pun tergambar dari makna kata Syawwal itu sendiri. Dari segi bahasa, kata “Syawal” (شَوَّالُ) berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang memiliki arti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan.
Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan kuantitas yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam kuantitas yang sedikit. Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)ـ
Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Editor : Sulhanudin Attar