Soal pertapaannya Ratu Kalinyamat ini, Hadi Priyanto dalam bukunya, 'Ratu Kalinyamat : Reinha de Jepara', sebagaimana tercantum dalam "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono menjelaskan, bahwa pertama kali tempat yang digunakan Ratu Kalinyamat untuk bertapa itu adalah Batu Gilang.
Namun tidak lama kemudian, ia mendapatkan bisikan gaib untuk meninggalkan Batu Gilang sebab tempat ini tidak aman. Selain itu, orang yang ditugasi sebagai telik sandi atau mata-mata dari Ratu Kalinyamat memberikan informasi bahwa keselamatannya di Batu Gilang terancam.
Maka pada malam harinya, dengan diiringi sejumlah pasukan pengawalnya, Ratu Kalinyamat meninggalkan Batu Gilang untuk menuju ke pelosok Desa Danaraja atau Donoroso. Di tempat baru ini, Ratu Kalinyamat memilih tempat bernama Batu Gandik, sebuah bukit yang menghadap ke laut, sebagai tempat pertapaannya.
Di bukit Danaraja ini pula, Ratu Kalinyamat bersama para prajuritnya membangun sebuah banteng yang kokoh untuk basis perlindungan dari kemungkinan penyerangan pasukan Arya Penangsang.
Tentang pembangunan banteng di bukit Danaraja itu, De Graaf dan Pigeaud menduga, bahwa upaya Ratu Kalinyamat, untuk mendirikan banteng tersebut karena dirinya khawatir akan serangan kembali Arya Penangsang. Sebab meskipun Arya Penangsang telah berhasil membunuh Sultan Prawoto, kakak kandungnya dan suaminya, Sultan Hadirin.
Pada kenyataannya Adipati Pajang itu belum berhasil menguasai takhta Kasultanan Demak. Atas dasar ini pula, Ratu Kalinyamat membangun bantengnya itu jauh dari istananya yang ada di Kalinyamat, berdekatan dengan Kudus.
Editor : Maulana Salman