get app
inews
Aa Read Next : Berkah Ramadan, 259 Personel Polda Jateng dan Polres Jajaran Terima Penghargaan

Menangkan Capres-Cawapres 5 Kali Beruntun, Denny JA Raih The Legend Award dari Leprid

Senin, 26 Februari 2024 | 10:35 WIB
header img
Denny JA mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) berupa The Legend Award. (IST)

JAKARTA, iNewsSemarang.id – Prestasi luar biasa ditorehkan konsultan politik Denny JA. Dia mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) berupa The Legend Award.

Penghargaan ini diberikan atas prestasinya berhasil ikut memenangkan presiden lima kali berturut-turut (2004, 2009, 2014, 2019, 2024).

Leprid menyatakan Denny JA sudah mencapai prestasi puncak yang tak pernah terjadi di dunia. Yaitu konsultan politik yang berhasil memenangkan presiden lima kali berturut- turut di negaranya.

“Jika satu pemilu presiden terjadi setiap lima tahun, itu artinya Denny JA sudah malang melintang lebih dari 20 tahun dalam pemilu presiden dan selalu menang,” kata Ketum dan Direktur Leprid, Denny JA dalam siaran pers, Senin (26/2/2024).

Denny JA merespons penghargaan itu dengan mengangkat gagasan besar di balik kemampuannya memenangkan lima kali pemilu presiden berturut- turut. Ini karena ia menjadikan riset sebagai basis strategi politik.

“Politik baru ini membawa pesan kepada siapapun yang ingin menjadi pemimpin di era demokrasi. Apalagi jika ia ingin menjadi presiden,” katanya. 

Pertama, pahami perilaku pemilih. Pahami demografi pemilih. Menangkan the heart and the mind of people. Dengarkan suara rakyat.

Bukan hanya suara elite, pengusaha, aktivis, kelompok atau kepentingan. Tapi suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua perlu dimengerti.

Suara satu petani di Aceh sama dengan suara satu profesor di Jakarta. Suara satu buruh di Papua senilai dengan suara seorang aktivis di Jogjakarta.

Bahkan suara mereka yang tak tamat SD, tamat SD, tak tamat SMP, tak tamat SMP, itu 60 persen dari total populasi pemilih. Sementara suara kalangan terpelajar: mhs, yg tamat D1, D2, S1, S3 hanya 10 persen saja.

Dalam demokrasi berlaku One Man One Vote. Satu warga satu suara. Berarti suara wong cilik itu enam kali lebih banyak dibandingkan suara  wong gede, kalangan terpelajar.

Editor : Ahmad Antoni

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut