JAKARTA, iNewsSemarang.id – Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mempunyai sejarah panjang. Wilayah yang dijuluki Kota Wali ini dulu merupakan pusat Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di tanah Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada abad 15 Masehi.
Demak juga diduga menjadi lokasi pelabuhan terkaya di Pantura lantaran dekat dengan Selat Muria yang merupakan selat yang pernah ada dan menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.
Selat ini dulunya merupakan daerah perdagangan yang ramai, dengan kota-kota perdagangan seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana.
Pada sekitar tahun 1657, endapan sungai yang bermuara di selat ini terbawa ke laut sehingga selat ini semakin dangkal dan menghilang, sehingga Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa.
Pada masa glasial, sekira 600.000 tahun yang lalu, Gunung Muria beserta pegunungan kecil di Patiayam dulunya bergabung dengan dataran utama Pulau Jawa. Hal itu terjadi karena saat itu suhu bumi turun dalam waktu yang lama.
Sehingga permukaan laut turun rata-rata 100 meter. Namun pada interglasial, kondisi itu berbalik. Suhu bumi meningkat menyebabkan es mencair.
Alhasil volume air laut meningkat membuat dataran Gunung Muria dan Pulau Jawa terpisah oleh laut dangkal yang tidak terlalu lebar hingga menjadi selat.
Selat Muria adalah jalur perdagangan dan transportasi yang ramai dilalui. Selat itu menjadi jalan antara masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa dengan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau lainnya.
Karena adanya selat ini, masyarakat yang ingin bepergian antara Kudus dan Demak harus menggunakan kapal. Keberadaan selat ini pulalah yang dahulu membuat Kerajaan Demak menjadi kerajaan maritim.
Selain itu, keberadaan selat tersebut juga menjadikan kawasan Selat Muria sebagai lokasi galangan kapal yang memproduksi kapal-kapal jukung Jawa yang terbuat dari kayu jati yang banyak ditemukan di Pegunungan Kendeng yang terletak di sebelah selatan selat.
Keberadaan industri galangan kapal menjadikan daerah ini lebih kaya dibandingkan dengan pusat Kerajaan Majapahit, sehingga daerah ini yang didominasi oleh para pedagang muslim yang dijuluki oleh Tomé Pires (penulis Portugis) sebagai "penguasa kapal jung.
Sejarah juga mencatat bahwa Kerajaan Demak dibantu Wali Songo menyebarkan Islam ke seluruh Jawa bahkan sampai Kalimantan. Situs-situs peninggalan Kesultanan Demak hingga kini masih terjaga dengan baik dan jadi objek wisata.
Salah satunya adalah Masjid Agung Demak, yang berdiri pada 1477 dan konon jadi tempat berkumpul para wali atau ulama di masa lalu. Ini salah satu masjid tertua di Nusantara.
Kabupaten Demak memiliki luas wilayah 897,43 kilometer persegi dengan populasi penduduk lebih dari 1,1 juta jiwa.
Demak dijuluki Kota Wali karena berkaitan dengan Wali Songo atau sembilan ulama yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Wali Songo jadi patner Kesultanan Demak dalam mensyiarkan pengaruh Islam.
Dalam menyebarkan Islam, para wali ini menjadikan Demak sebagai tempat perkumpulan salah satunya adalah Masjid Agung Demak yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak. Masjid ini dibangun oleh Raden Patah.
Makam raja-raja Demak berada di dalam kompleks Masjid Agung Demak. Ada juga museum di Masjid Agung Demak.
Editor : Ahmad Antoni