get app
inews
Aa Read Next : Pacu Peningkatan Pendaftaran Hak Paten, Kemenkumham Jawa Tengah Gelar Asistensi Teknis

4 Hadis Palsu Seputar Ramadhan

Jum'at, 29 Maret 2024 | 22:00 WIB
header img
4 Hadis palsu yang banyak beredar seputar Ramadan. (Foto: Ilustrasi)

Ketiga, hadis yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310). 

لا تقولوا رمضان فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى ولكن قولوا شهر رمضان

 “Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah dengan ‘Bulan Ramadhan.'” 

Ibnul Jauzi dalam Al Maudhuat (2/545) mengatakan hadis ini palsu. Namun, As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal Maudhuat (41) bahwa “Hadis ini dhaif, bukan palsu”. Hadis ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (6768).

Yang benar adalah boleh mengatakan ‘Ramadan’ saja, sebagaimana pendapat jumhur ulama karena banyak hadis yang menyebutkan ‘Ramadan’ tanpa ‘Syahru (bulan)’. 

Keempat, hadis yang menurut Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (2/6) diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga mengatakan hadis ini diriwayatkan oleh An Nasa’i dalam Al Kuna. 

رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا : وما الجهاد الأكبر ؟ قال : جهاد القلب

“Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat bertanya: “Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda: “Jihadnya hati melawan hawa nafsu.” 

Hadis ini adalah hadis palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan hadis ini Munkar. 

Hadis ini sering dibawakan para khatib dan dikaitkan dengan Ramadan, yaitu untuk mengatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu di bulan Ramadan lebih utama dari jihad berperang di jalan Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Hadis ini tidak ada asalnya. Tidak ada seorang pun ulama hadis yang berangapan seperti ini, baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi. 

Selain itu jihad melawan orang kafir adalah amal yang paling mulia. Bahkan jihad yang tidak wajib pun merupakan amalan sunnah yang paling dianjurkan.” (Majmu’ Fatawa, 11/197). 

Artinya, makna dari hadis palsu ini pun tidak benar karena jihad berperang di jalan Allah adalah amalan yang paling mulia. Selain itu, orang yang terjun berperang di jalan Allah tentunya telah berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk meninggalkan dunia dan orang-orang yang ia sayangi. (Arni Sulistiyowati)

Editor : Maulana Salman

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut